Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Obligasi korporasi membanjiri pasar modal. Terbaru, emiten sektor keuangan mencatatkan obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai total Rp 4,15 triliun.
OCBC NISP menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I senilai Rp 2 triliun. Surat utang ini terbit dalam tiga seri. Seri A diterbitkan senilai Rp 837 miliar dengan kupon 7,5% per tahun. Seri ini bertenor satu tahun.
Seri B terbit senilai Rp 380 miliar dengan kupon 8% per tahun dan tenor dua tahun. Seri C senilai Rp 783 miliar dengan kupon 8,25% per tahun dan tenor 3 tahun.
Selanjutnya, PT Astra Sedaya Finance menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III tahap I sebesar Rp 2 triliun. Surat utang ini terbit dalam dua seri. Seri A senilai Rp 770 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,95% per tahun dengan tenor satu tahun.
Kemudian seri B bertenor tiga tahun terbit senilai Rp 1,23 miliar dengan kupon tetap sebesar 8,5% per tahun.
Lalu, PT Bima Multi Finance menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap II senilai Rp 150 miliar. Obligasi ini muncul dalam tiga seri. Seri A diterbitkan senilai Rp 95 miliar dengan kupon 13,5% per tahun dan tenor satu tahun.
Seri B senilai Rp 35 miliar dengan kupon 14% dan tenor dua tahun. Serta, seri C senilai Rp 20 miliar dengan kupon 14,5% dan tenor tiga tahun.
Refinancing
Dengan pencatatan tiga surat utang tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2016 sebanyak 15 emisi dari 14 emiten senilai Rp 22,89 triliun. Nilai penerbitannya melonjak dibandingkan year to date (ytd) April 2015 yang tercatat Rp 18,74 triliun.
Direktur Utama Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi masih akan ramai sepanjang tahun ini, seiring banyaknya obligasi jatuh tempo. Total obligasi jatuh tempo tahun ini per April 2016 tercatat Rp 39,13 triliun.
"Perusahaan akan menerbitkan obligasi untuk melunasi utang jatuh tempo," ujar Ignatius.
Direktur IBPA Wahyu Trenggono memperkirakan penerbitan obligasi korporasi tahun ini bakal lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Hitungan dia, penerbitan yang tercatat dalam pipeline BEI hingga Agustus sekitar Rp 28 triliun.
Jumlah tersebut masih ditambah prediksi refinancing perusahaan akibat obligasi jatuh tempo senilai Rp 20,39 triliun pada bulan Mei hingga Agustus 2016. "Dari total tersebut, asumsi penerbitan bisa mencapai Rp 48,39 triliun," ujar Wahyu.
Wajar jika dia memprediksi penerbitan obligasi korporasi tahun ini bakal mengalahkan penerbitan tahun lalu. Di sisi lain, kupon obligasi akan lebih rendah seiring tren suku bunga rendah. Dus, ini akan menekan cost of fund perusahaan dalam menerbitkan surat utang.
Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus memprediksi, penerbitan obligasi akan marak, terutama jika obligasi BUMN dibolehkan sebagai pengganti surat berharga negara (SBN) guna memenuhi minimal investasi Industri keuangan non bank (IKNB) di SBN.
Maka, total permintaan obligasi BUMN akan meningkat karena memberikan kupon yang lebih menarik ketimbang SBN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News