Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Emiten melirik penerbitan obligasi berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau obligasi global sebagai sumber pendanaan tahun ini. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, salah satunya, berencana menerbitkan obligasi global US$ 500 juta di tahun ini.
Basuki Setyadji, Direktur Keuangan Eximbank mengatakan, obligasi tersebut akan bertenor lima tahun. "Rencananya, kami akan menggunakan laporan keuangan Desember 2012. Kami masih menunggu proses audit selesai," ujar Basuki, kepada KONTAN, Senin (21/1).
Menurut Basuki, jadwal penerbitan obligasi akan ditentukan setelah audit laporan keuangan. Sesuai peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, penerbitan obligasi bisa dilakukan maksimal enam bulan dari laporan keuangan yang digunakan untuk penerbitan obligasi tersebut. "Penjamin emisi akan kami tunjuk setelah proses audit laporan keuangan selesai," tutur Basuki.
Awal bulan ini, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga sudah merilis obligasi global US$ 130 juta bertenor delapan tahun. Obligasi ini kelebihan permintaan hingga 6,5 kali nilai penerbitan.
Dengan peringkat B1 dari Moody's Investors Service, LPKR mematok kupon 5,24% per tahun. LPEI memiliki peringkat Baa3 dari Moody's, lebih baik dibanding LPKR. Artinya, LPEI bisa menawarkan kupon yang lebih rendah.
Head of Debt Capital Market BCA Securities Herdi Ranu Wibowo menduga, Eximbank akan menawarkan kupon 50-100 basis poin di atas obligasi global pemerintah bertenor sama. Kemarin, yield obligasi global pemerintah bertenor lima tahun sebesar 2,2%.
Herdi optimistis, obligasi ini akan terserap investor. "Eximbank sudah cukup dikenal di mata global investor. Terbukti tahun lalu obligasi global Eximbank laku keras. Tahun ini, saya yakin prospek masih cukup bagus," tutur dia.
Tetap ramai
Herdi memperkirakan, penerbitan obligasi global korporasi masih cukup ramai tahun ini. Menurut dia, kebijakan suku bunga rendah bank sentral AS akan berdampak positif bagi penetapan kupon obligasi global. "Kebijakan bunga rendah masih akan berlangsung hingga 2015. Dengan demikian, masih ada peluang penerbitan global bond dengan kupon rendah sehingga biaya dana perusahaan tidak akan tinggi," kata Herdi.
Ia menambahkan, kebijakan pelonggaran likuiditas bank-bank sentral dunia juga akan menguntungkan penerbitan obligasi global. Kebijakan tersebut mendorong banjir likuditas di pasar sehingga obligasi global akan terserap.
Kendati demikian, penerbitan obligasi global perlu mencermati pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS. Investor mungkin akan meminta premi risiko lebih besar apabila kurs rupiah melemah. Akibatnya, kupon yang ditetapkan juga tinggi. "Saya melihat sampai semester I, kurs rupiah masih akan tertekan. Rupiah akan membaik bila defisit perdagangan kita membaik," tutur Herdi.
Analis NC Securities I Made Adi Saputra memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 9.600 hingga 9.800. "Tekanan rupiah akan mempengaruhi beban emiten yang akan menerbitkan obligasi global," kata Made.
Dampak pelemahan rupiah akan lebih terasa pada emiten yang memiliki sumber pendapatan rupiah. Pasalnya, emiten harus membayar bunga dalam dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News