Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap mendapat angin segar seiring terus membaiknya kinerja pasar obligasi Indonesia di awal tahun ini.
Seperti diketahui, yield Surat Utang Negara (SUN) akhir-akhir ini mengalami tren penurunan. Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,67% pada Rabu (20/3). Padahal, akhir tahun lalu yield SUN 10 tahun masih berada di kisaran 8%.
Di saat yang sama, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) juga dalam fase bullish. Per hari ini, kinerja indeks obligasi Indonesia tersebut tumbuh 3,82% (ytd) ke level 250,269.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pasar obligasi jauh lebih kondusif ketika ekspektasi kenaikan suku bunga acuan makin berkurang. Secara umum, hal ini akan mendorong kenaikan harga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap.
Reksadana pendapatan tetap yang berbasis SUN relatif lebih diuntungkan dengan kondisi pasar terkini. Sebab, SUN memiliki likuiditas yang lebih mumpuni sehingga lebih cepat merespons sentimen positif yang ada di pasar obligasi.
“Harga SUN lebih volatil. Dalam artian positif, ini bisa mengangkat kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis SUN lebih signifikan,” ujar dia, Rabu (20/3).
Ia menambahkan, karena SUN lebih likuid, manajer investasi juga bisa memanfaatkan instrumen tersebut untuk melakukan trading di pasar sekunder. Jika strategi tersebut berjalan dengan lancar, kinerja reksadana pendapatan dapat melesat.
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo menyatakan, dampak tren positif pasar obligasi Indonesia akan cukup signifikan bagi reksadana pendapatan tetap yang komposisi portofolionya didominasi oleh SUN bertenor panjang.
Pasalnya, harga SUN tenor panjang relatif lebih volatil ketimbang tenor pendek. Dari sisi nilai yield, SUN tenor panjang juga lebih tinggi.
Sebenarnya, reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi masih menjanjikan bagi investor. Ini didukung oleh kupon obligasi korporasi yang lebih tinggi ketimbang SUN.
Namun, kembali lagi, karena obligasi korporasi kurang likuid, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap yang berbasis instrumen tersebut tidak sekencang reksadana berbasis SUN. Alhasil, reksadana seperti ini dinilai lebih cocok bagi investor yang merasa kurang nyaman dengan risiko volatilitas pasar.
Terlepas dari itu, reksadana pendapatan tetap dari berbagai tipe masih berpeluang untuk terus mengalami pertumbuhan kinerja yang positif sepanjang tahun ini. Hal tersebut dengan catatan, tidak ada sentimen negatif tambahan yang tiba-tiba menekan pasar obligasi ketika risiko kenaikan suku bunga acuan sudah mereda.
Wawan memproyeksikan, jika terjadi kenaikan suku bunga acuan sebanyak satu kali, maka kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap dapat tumbuh hingga 7% hingga akhir tahun nanti. Lantas, apabila suku bunga acuan ternyata tidak mengalami kenaikan, tahun ini kinerja rata-rata reksadana tersebut bisa mencapai 8%.
“Kalau ternyata suku bunga acuan kelak benar-benar turun, bukan mustahil kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap bisa mencapai dua digit,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News