Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan berbagai kondisi yang terjadi belakangan ini, ternyata pasar modal Indonesia tetap masih jadi incaran investor asing. Dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, serta volatilitas pasar, ternyata investor asing justru memanfaatkan momentum ini untuk terus berinvestasi.
Infovesta Utama dalam riset mingguannya yang dikeluarkan pada Senin (8/2), menuliskan, di pasar saham, investor asing mencatatkan aksi beli bersih sepanjang tahun 2021 hingga 5 Februari 2021 mencapai Rp 14,97 triliun. Nilai tersebut jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 di mana investor asing justru mencatatkan aksi net sell sebesar Rp 668,60 miliar.
“Hal ini menandakan bahwa di tengah volatilitas pasar saham Indonesia, investor asing tetap memiliki minat yang tinggi terhadap aset yang berisiko di negara berkembang. Hal ini tidak terlepas dari terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat yang mana kebijakannya akan lebih mengarah terhadap banyaknya stimulus,” tulis Infovesta Utama dalam keterangan resminya.
Sejalan dengan pasar saham, investor di pasar obligasi pemerintah juga sepanjang tahun 2021 hingga 4 Februari 2021 mencatatkan aksi beli bersih mencapai Rp 36,55 triliun. Nilai ini sekitar 2x lipat lebih banyak dari dana asing yang masuk di pasar saham. Salah satu faktor pendukungnya adalah level CDS lima tahun yang tidak banyak berubah dan masih bertahan di bawah level 100 yaitu 68,63 pada 7 Februari 2021.
Baca Juga: Kinerja tertekan Covid-19, begini rekomendasi analis untuk saham perhotelan
Lalu, spread imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia dengan Amerika juga masih terpaut jauh, yaitu 4,99% sehingga membuat investasi di Indonesia lebih menarik. Apalagi, spread imbal hasil obligasi pemerintah di Indonesia juga lebih besar apabila dibandingkan dengan spread obligasi pemerintah negara berkembang lain seperti India maupun Vietnam.
Dengan harapan pemulihan ekonomi global dan Indonesia, investor asing diharapkan masih akan mencatatkan capital inflow ke pasar modal Indonesia sehingga dapat mendorong kinerja pasar saham dan obligasi Indonesia ke teritori positif.
“Namun, selain faktor minat investor asing, investor juga perlu memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi ragam sentimen di pasar obligasi maupun saham Indonesia. Mulai dari kebijakan suku bunga acuan, progres vaksinasi dan efektivitas vaksin di Indonesia, hingga faktor makro ekonomi lainnya.”
Dengan kondisi tersebut, Infovesta Utama mengatakan, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi buy on weakness atau average down pada portofolio reksadana berbasis saham ketika pasar saham masih cenderung fluktuatif.
Sedangkan, untuk investasi reksadana berbasis pendapatan tetap, investor dapat memilih produk reksadana dengan mayoritas portofolio pada obligasi pemerintah. Hal ini untuk menghindari risiko gagal bayar yang masih membayangi akibat tekanan ekonomi Indonesia.
Selanjutnya: Penurunan bunga kredit konsumsi lebih lambat ketimbang sektor lain, ini penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News