kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar modal domestik terseret harga BBM bersubsidi


Rabu, 27 Agustus 2014 / 05:33 WIB
Pasar modal domestik terseret harga BBM bersubsidi
ILUSTRASI. Manfaatkan Promo Tiket.com 11-23 Maret 2023, Diskon Hotel Domestik Hingga 30%


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Isu paling hangat itu adalah wacana kenaikan harga bahan bakar (BBM) bersubsidi. Tak hanya berpengaruh langsung pada lonjakan inflasi, kenaikan harga BBM bersubsidi juga bakal merembet kemana-mana, termasuk ke pasar modal domestik.

Lihat saja, akibat isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang bergulir kencang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi selama dua hari berturut-turut. IHSG kemarin ditutup turun 0,74% menjadi 5.146,55.

Sejumlah analis yang dihubungi KONTAN mengemukakan, kenaikan harga BBM bersubsidi akan memiliki efek domino terhadap sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia. Namun, efek tersebut tergantung dari seberapa besar kenaikan harga BBM bersubsidi. "Jika langsung dinaikkan Rp 1.500, misalnya, maka efeknya akan besar. Namun, jika naik bertahap, tak akan terlalu berpengaruh signifikan bagi pasar saham," ungkap David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital, kemarin.

Kenaikan harga BBM terutama akan berdampak pada sektor yang menggunakan BBM sebagaiĀ  pendukung operasionalnya. Salah satunya adalah sektor angkutan dan logistik, yakni sektor transportasi, dengan beberapa emiten seperti PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA). Perusahaan distribusi seperti PT Enseval Putra Megatrading Tbk (EPMT) juga akan terimbas kenaikan harga BBM bersubsidi.

Di samping itu, emiten yang bergerak di sektor produksi dan distribusi semen juga ikut terkena dampak negatif dari kenaikan harga premium. Sebab, menurut David, selama ini beban distribusi menjadi beban yang paling besar bagi emiten semen, yang menyerap sekitar 30% dari belanja perusahaan. "Dengan kenaikan harga BBM, beban akan semakin besar. Laba emiten berpotensi tergerus," tutur David.

Dia memperkirakan, penurunan laba akibat kenaikan harga BBM bisa berkisar 7%-10%. Namun, penurunan tersebut hanya akan berdampak sementara. "Dampaknya akan terjadi sekitar tiga hingga empat bulan atau satu kuartal berjalan. Setelah itu akan menyesuaikan seperti semula," prediksi David.

Setiawan Effendi, analis Phintraco Securities menambahkan, emiten sektor manufaktur berbasis industri juga berpotensi terkena efek yang besar dari pemangkasan subsidi BBM. "Sektor manufaktur dan industri banyak menggunakan BBM, seperti solar untuk produksinya," ujar dia.

Di samping itu, inflasi yang umumnya akan naik pasca kenaikan harga BBM subsidi, ikut menekan sektor barang konsumen (consumer goods) dan sektor ritel. "Emiten harus menanggung beban biaya distribusi yang lebih besar. Harga barang juga umumnya bisa dinaikkan, tetapi daya beli konsumen berkurang. Ini akan membuat laba bersih emiten consumer goods berpotensi menyusut," jelas Setiawan.

Dengan lonjakan inflasi, lanjut Setiawan, ada potensi Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. Dengan demikian, giliran sektor properti dan perbankan yang bisa terkena efek domino dari kenaikan BBM tersebut.

Sedangkan Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities berpendapat, sektor otomotif akan lebih berat jika harga BBM bersubsidi naik. "Berkaca dari kenaikan harga BBM bersubsidi beberapa tahun lalu, penjualan kendaraan sempat anjlok hingga 40%," ungkap Thendra.

"Dengan peningkatan harga BBM, secara umum laba bersih emiten dari sektor yang terkena dampaknya akan menyusut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi investor. Artinya, mereka (investor) akan menurunkan nilai wajar suatu perusahaan dan harga saham tersebut bisa terkoreksi," jelas Thendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×