Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal di Indonesia bergerak bearish dalam sepekan terakhir. Sejumlah sentimen, baik dalam dan luar negeri mempengaruhi pergerakan instrumen investasi di Indonesia.
Dalam risetnya Senin (29/1) Infovesta Utama mengatakan, sepekan terakhir kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bearish sebesar -1,25% ke level 7.137,09 poin. Pemberat laju indeks ditekan oleh aksi foreign outflow sebanyak Rp 535,73bn.
Net sell terbesar terutama pada saham big caps, di antaranya ASII sebesar Rp 997,2 miliar, BBRI Rp 430,4 miliar, dan BBNI Rp 108,0 miliar.
Kinerja reksadana dalam sepekan terakhir juga cenderung bergerak bearish. Indeks reksadana yang mencatatkan negative return yakni reksadana saham -1,81%, reksadana campuran -1,04%, dan reksadana pendapatan tetap -0,06%.
"Hanya reksadana pasar uang yang masih mencatatkan positive return sebesar 0,11%," tulis Infovesta dalam risetnya, Senin (29/1).
Baca Juga: Pasar Modal Dibayangi Sentimen Negatif, Begini Saran Investasi untuk Investor
Sentimen dari domestik yakni rilis data laju pertumbuhan jumlah uang beredar meningkat menjadi 3,5% YoY. Sedangkan pasar lebih dipengaruhi oleh sentimen dari global, khususnya dari Amerika Serikat (AS).
Untuk pada pasar obligasi, Infovesta Government Bond Index turun sebesar -0,09%. Sentimen dari domestik tergolong minim. Sentimen pasar obligasi tetuju pada sentimen global, terutama rilis data inflasi produsen AS (PCE) yang stagnan di level 2,6% YoY atau masih sesuai ekspektasi pelaku pasar.
Sedangkan rilis data jumlah orang yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran meningkat 25.000 menjadi 214.000 pada Sabtu (20/01). "Meskipun angka klaim pengangguran tergolong turun namun angka ketenagakerjaan masih tergolong cukup kuat sehingga mendorong beragamnya ekspektasi terhadap periode dimulainya pemangkasan suku bunga the Fed," paparnya.
Sepekan ke depan, pada pasar saham, investor dapat memilih saham pada sektor perbankan dan sektor konsumer yang tergolong undervalued. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengkoleksi SUN.
"Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News