Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi tahap pertama, para pelaku pasar menanti langkah konkret dan realisasi dari kebijakan-kebijakan tersebut, dan meminta tidak ada lagi penundaan seperti kebijakan ekonomi sebelumnya, kata ekonom DBS Bank, Gundy Cahyadi, Jumat (11/9).
"Mungkin ada beberapa reaksi positif secara spontan di pasar, namun pemerintah harus menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar dapat melakukan perubahan, di mana tahap implementasi selama ini kerap menjadi masalah," kata Gundy, ekonom DBS Bank yang berbasis di Singapura, melalui pesan elektronik.
Setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi pada Rabu (9/9) petang, Indeks Harga Saham Gabungan sepanjang Kamis (10/9) masih melemah. IHSG Bursa Efek Indonesia dibuka turun sebesar 34,62 poin atau 0,80 % menjadi 4.312,65, dan ditutup kembali melemah 4,01 poin atau 0,09 % menjadi 4.343,26.
Mengenai paket kebijakan Bank Indonesia, Gundy menilai prioritas otoritas moneter harus bertujuan memperbaiki nilai tukar rupiah sesuai fundamennya. Hal ini menjadi kunci untuk mengangkat kepercayaan dunia usaha untuk memulihkan daya ekspansinya.
"Beradaptasi dengan fase normal baru akan sulit jika nilai tukar rupiah terus bergejolak. Ini juga menyebabkan pertumbuhan investasi bisa melambat," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan paket kebijakan ekonomi tidak dapat secara instan meredam gejolak di pasar keuangan. Terlebih, tekanan dari ketidakpastian ekonomi global terhadap negara yang sedang tumbuh (emerging markets) kian deras.
"Begini, tetap saja dunia sedang bergerak sendiri. Sebetulnya yang harus dilakukan menyusun kebijakan memastikan pelaksanaannya jalan," ujarnya.
Pemerintah, lanjutnya, akan mengumumkan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan ekonomi tahap I tersebut. Selanjutnya, pemerintah juga sedang menyusun paket kebijakan ekonomi tahap II yang akan diumumkan akhir September 2015.
IHSG BEI dibuka naik 20,18 poin atau 0,46 % menjadi 4.363,44. Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menilai bahwa di tengah maraknya sentimen negatif terutama dari eksternal, pelaku pasar juga mencermati sentimen dari dalam negeri.
"Kebijakan BI langsung menyasar ke sektor jasa keuangan, itu cukup diapresiasi. Nilai tukar rupiah diharapkan tidak bergejolak," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News