Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tindakan keras China terhadap perusahaan teknologi di negaranya mendorong investor global untuk mencari peluang baru di seluruh Asia. Hal tersebut berkontribusi pada lonjakan rekor penawaran umum saham perdana atawa initial public offering (IPO) di beberapa negara Asia, mulai dari India hingga Korea Selatan.
Mengutip Bloomberg, IPO dari beberapa perusahaan teknologi di Asia telah mengumpulkan sedikitnya US$ 8 miliar di sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut sudah melampaui rekor yang dicetak tahun lalu.
Bahkan, capaian tersebut bisa menjadi lebih besar mengingat sejumlah rencana IPO yang direncanakan oleh beberapa perusahaan seperti raksasa fintech India Paytm dan perusahaan patungan asal Indonesia, GoTo.
GoTo, yang dibentuk oleh penggabungan raksasa ride-hailing Indonesia Gojek dan penyedia e-commerce PT Tokopedia, merencanakan IPO di dalam negeri pada tahun ini, sebelum melantai di bursa saham Amerika Selatan (AS). Saat ini, GoTo disebut sedang mengincar dana untuk valuasi antara US$ 25 miliar dan US$ 30 miliar. Dengan ini, GoTo bisa menjadi perusahaan dengan valuasi debut terbesar di Indonesia.
Baca Juga: Perusahaan Asuransi Milik Negara India Membidik Dana IPO Hingga US$ 12,2 Miliar
Beberapa bankir menyebutkan, hal tersebut juga dapat menjadi era baru untuk IPO perusahaan teknologi di Asia. Investor global pun telah meningkatkan eksposur ke pasar di luar China, dengan beberapa membeli IPO dari negara-negara seperti India dan Indonesia untuk pertama kalinya.
Serangan regulasi China telah memangkas valuasi untuk perusahaan teknologi yang terdaftar di negara itu hampir 40%. Hal tersebut memaksa banyak start-up yang memilih untuk menghentikan rencana IPO mereka setelah regulator mengumumkan proses pemeriksaan yang lebih ketat, terlebih untuk penawaran saham di luar negeri.
China dan Hong Kong menyumbang sekitar 60% dari IPO teknologi Asia sejak akhir Juni, turun dari 83% pada kuartal kedua. Sekitar tiga perempat perusahaan China yang terdaftar di luar negeri tahun ini kini diperdagangkan di bawah harga IPO mereka.
Sementara itu, kesepakatan di pasar yang lebih kecil menarik permintaan yang sangat besar karena investor bertaruh pada populasi yang semakin paham internet, belanja konsumen yang meningkat, dan kelas pengusaha teknologi baru.
PT Bukalapak.com berhasil mengumpulkan sekitar US$ 1,5 miliar pada akhir Juli dan menjadi IPO terbesar di Indonesia. Sementara itu, Zomato Ltd., platform pengiriman makanan dan restoran online India, juga mengumpulkan dana hingga US$ 1,3 miliar pada bulan Juli dan menjadi salah satu IPO terbesar di India dan juga paling populer di antara investor institusi.
KakaoBank Corp., perbankan digital pertama di Korea Selatan yang go public, berhasil mengumpulkan US$ 2,2 miliar pada baru bulan lalu. Bahkan harga saham KakaoBank melonjak lebih dari 70% dalam debut perdagangannya.
Baca Juga: China Akan Melarang Perusahaan Internet Dengan Risiko Keamanan Data Untuk IPO di Luar
Seorang bankir yang meminta untuk tidak disebutkan namanya membahas informasi klien mengatakan, beberapa investor yang berbasis di Hong Kong yang sebelumnya fokus pada kesepakatan China sekarang berpartisipasi dalam IPO teknologi di tempat lain yang berada di kawasan Asia.
Hanya saja, timbul pertanyaan bahwa apakah antusiasme akan bertahan, mengingat saham Bukalapak.com sempat turun di bawah harga penawarannya pada bulan ini, meskipun kini sudah kembali pulih.
Sedangkan, saham Zomato dan KakaoBank masing-masing masih diperdagangkan 64% dan 115% di atas harga IPO mereka.
Membanjirnya IPO sektor teknologi di Asia Tenggara dan India siap untuk membentuk kembali pasar, di mana indeks benchmark secara historis berfokus pada sektor ekonomi lama seperti sektor energi dan keuangan.
Selanjutnya: Begini tanggapan Blibli.com terkait kabar rencana IPO tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News