Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Waspadalah. Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok semalam. Bahkan, indeks Standard & Poor's (S&P) 500 mengalami koreksi terdalam sejak Februari 2009. Pasar saham berjatuhan karena investor cemas pelemahan ekonomi global akan mendorong terjadinya resesi.
Indeks S&P 500 ditutup tumbang 4,85% ke level terendah delapan bulan di angka 1.200,07 pada pukul 16.00 waktu New York. Sementara, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 4,3% ke level 11.383,68. Koreksi yang terjadi bahkan telah menghapus penguatan Dow yang terjadi dalam tahun ini.
Hanya tiga dari 500 saham dalam indeks S&P, acuan kinerja bursa AS, yang berhasil naik. Koreksi lebih dari 10% terjadi pada 13 saham, termasuk pada Alpha Natural Resources Inc. dan Gap Inc., setelah angka penjualan ritel meleset dari perkiraan. Bahkan, 10 sektor yang menaungi saham-saham anggota S&P 500 tergelincir, dipimpin koreksi 5,3% pada sektor energi, material, dan industri. Saham Chevron Corp. dan Alcoa Inc. turun lebih dari 5,7% setelah Jepang menjual mata uangnya sehingga memicu jatuhnya harga komoditas dalam dollar.
Sebelum perdagangan bursa reguler dibuka, AS merilis klaim tunjangan pengangguran untuk sepekan lalu. Angka pengangguran turun tipis ke tingkat yang mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja di AS hanya meningkat terbatas. Para ekonom memproyeksikan, hari ini, Departemen Tenaga Kerja akan melaporkan penambahan 85.000 lapangan kerja (payroll) selama Juli atau gagal untuk mengurangi tingkat pengangguran yang telah bertahan di atas 9%.
Kekhawatiran akan terjadi resei global ini juga membuat bursa saham global telah mengalami kejatuhan terbesar sejak Maret 2009. Indeks acuan bursa saham negara maju dan berkembang (MSCI All-Country World Index) turun 4,1% ke 311,60. Yen yang mengalami penurunan paling tajam sejak Oktober 2008 terhadap dollar AS memperparah kondisi pasar finansial. Yen sendiri melemah karena Jepang melepas yen untuk membendung penguatan mata uangnya yang mengancam pemulihan ekonomi Negeri Matahari Terbit itu.
Nilai tukar euro terhadap dollar AS juga tertekan setelah bos Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet mengatakan akan menawarkan tambahan uang tunai guna meredakan ketegangan di pasar keuangan. Trichet juga mengindikasikan, ECB enggan menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Kepala analisis pasar Ameriprise Financial Inc. David Joy menyebut, saat ini, aspek emosional sangat mendominasi pasar. Maklum, semua orang memiliki persepsi hal-hal yang tidak bagus akan terjadi. "Situasi di Eropa semakin memicu orang khawatir. Juga ada dampak dari intervensi Jepang di pasar mata uang," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News