Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Jeli memilih saham-saham yang berpotensi menguntungkan, menjadi kunci suatu produk reksadana saham untuk mendapatkan imbal hasil memuaskan. Itu pula, strategi PT Panin Asset Management (PAM) dalam mengelola salah satu produk reksadana saham andalannya yakni Panin Dana Maksima.
Panin Dana Maksima dipasarkan perdana sejak 1 April 1997. Sejak terbit hingga kemarin, produk ini telah memberikan imbal hasil hingga 6.088,4%. Dalam setahun terakhir, return reksadana ini tercatat 6,13%.
Dari prospektus yang dirilis PAM menyebutkan, PAM masih akan menjual reksadana ini sampai jumlah unit penyertaan 1 miliar unit. Sampai kemarin (15/1), jumlah unit penyertaan Panin Dana Maksima tercatat 104,94 juta unit.
Prospektus PAM juga menyebutkan, dana kelolaan reksadana akan ditempatkan pada saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan porsi minimum 50% dan maksimum 90%. Sedangkan sisanya, ditempatkan pada instrumen pasar uang untuk menjaga tingkat likuiditas.
Manajer investasi ini juga punya strategi sendiri dalam meracik portofolio Panin dana Maksima. PAM akan memilih saham yang masih di bawah harga wajar alias undervalue. Sehingga, investor berpotensi meraup imbal hasil besar dalam jangka panjang. Untuk penempatan dana kelolaan jangka pendek akan mempertimbangkan faktor makro ekonomi dan analisa pasar.
Direktur PAM, Ridwan Soetedja menuturkan, strategi itu dilakukan dari tahun ke tahun. “Prioritas kami selalu di saham yang undervalue. Tentu dengan pertimbangan kondisi fundamental emiten yang baik,” ungkap dia.
PAM melihat, kondisi pasar saham yang buruk pada tahun lalu, membuat banyak saham yang nilainya telah di bawah harga wajar pada tahun ini. “Justru saat ini momen pas buat strategi Panin Dana Maksima yang menempatkan portofolio di saham-saham undervalue,” ungkap Ridwan.
Sayangnya, Ridwan enggan menyebut pilihan saham yang menjadi isi portofolio Panin Dana Maksima saat ini. Dia hanya bilang, portofolio Panin Dana Maksima saat ini ada di empat sektor saham. Pertama, di sektor keuangan sebesar 40% dari total dana kelolaan. Kedua, pada sektor barang konsumsi dengan porsi 16%. Ketiga, di bidang properti sebanyak 13%. Keempat, di saham sektor infrastruktur sebesar 5%.
Saat ini, total 74% dari dana kelolaan reksadana ini ditempatkan di saham. Sisanya, kata Ridwan, ditaruh pada sektor saham lain dan pasar uang.
Dengan strategi itu, Ridwan memasang target return Panin Dana Maksima paling tidak bisa 3% hingga 5% di atas IHSG di tahun ini.
Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito bilang, tahun lalu, kinerja Panin Dana Maksima memang tidak begitu menggemberikan. “Tapi secara track record memang bagus,” ujar dia.
Ia juga menilai, porsi penempatan saham di sektor keuangan sebanyak 40% terlalu besar. Sebab, kata Parto, kinerja perbankan sangat bergantung pada suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang kini sedang tinggi. “Perbankan baru berjaya saat suku bunga diturunkan. Dan itu baru bisa terjadi paling tidak semester II tahun ini,” ujar dia.
Parto menyarankan, PAM sebaiknya menurunkan porsi saham sektor keuangan dan mengalihkan ke sektor saham lain yang berpotensi memberi imbal hasil lebih besar. Dia memberi contoh, saham sektor media massa cukup potensial pada 2014.
Ini karena, di tahun politik yang bakal ada hajatan pemilihan umum bisa mendongkrak pendapatan emiten media massa. "Belanja iklan akan meningkat dari partai politik," ujar Parto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News