kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panic Selling Menjadi Penyebab Bursa Anjlok


Jumat, 12 September 2008 / 21:16 WIB
Panic Selling Menjadi Penyebab Bursa Anjlok


Reporter: Diade Riva Nugrahani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berada di posisi terendah. Setelah sempat menembus 1.767 pada penutupan pagi, IHSG akhirnya ditutup di level 1.804 atau melemah 3,53% dari penutupan hari sebelumnya. Sejumlah analis menilai, terus tergerusnya indeks lebih disebabkan karena adanya panic selling yang menerpa bursa. "Kondisi bursa regional yang memburuk dan adanya hedgefund-hedgefund di Amerika membuat pasar panik," kata pengamat pasar modal Edwin Sinaga.

Sementara itu, Poltak Holtradero, analis Recapital Securities menyatakan saat ini investor banyak memindahkan dananya dari pasar saham menuju deposito, obligasi, ataupun instrumen lain yang jauh lebih menguntungkan. "Ini upaya cari selamat yang dilakukan investor," jelas Poltak. Poltak juga bilang, banyaknya investor asing yang melarikan dananya dari pasar modal Indonesia disebabkan tidak adanya kepastian hukum yang jelas. “Meski fundamental bagus, kalau tidak ada kepastian hukum, investor asing tidak akan mau masuk dalam pasar modal kita,” jelas Poltak lagi.

Pialang Megacapital Securitas Albert Panjaitan memiliki pendapat yang berbeda. Albert berpendapat, indeks memang masih berada dalam tren perpindahan investasi dari saham saham komoditi ke valuta asing. Sementara dolar sendiri mengalami penguatan yang melemahkan rupiah dan sejumlah mata uang negara lainnya, termasuk euro. "Banyak spekulan yang bertransaksi hanya untuk spekulasi, sehingga harga saham-saham komoditas tertekan hebat," kata Albert. Saham-saham perbankan juga mengalami pelemahan karena tertekannya rupiah. Akibatnya, nilai indeks pun benar-benar anjlok karena tidak ada yang menopang.

Hal yang sama disampaikan Analis Trimegah Securities, Satrio Utomo. Ia menilai ketika indeks minus seratus poin, maka terdapat sejumlah investor yang melakukan pembelian spekulatif karena harga yang sudah terlalu rendah. "Namun itu masih dalam posisi trading," kata pria yang akrab dipanggil Tomi itu.

Para analis menilai, indeks masih akan rebound. Hal itu mungkin terjadi jika harga minyak dunia kembali naik menembus US$ 105 per barel. Jika itu terjadi, maka saham-saham komoditas akan tertolong. "Menjelang awal pekan, harga batu bara akan mengalami penyesuaian, namun posisi teknikal indeks setelah menembus 2.100, maka indeks akan berada di level 1.750 sampai 1.800," kata Tomi. Meski demikian, jika nanti indeks tembus level 1.750, maka indeks kemungkinan akan terjun bebas ke level 1.550 sampai 1.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×