kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi Covid-19 berdampak terbatas terhadap saham-saham farmasi


Senin, 19 Juli 2021 / 07:25 WIB
Pandemi Covid-19 berdampak terbatas terhadap saham-saham farmasi


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus positif Covid-19 yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir menjadi sentimen positif terhadap sektor kesehatan. Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mencermati, sentimen Covid-19 berdampak lebih mini terhadap saham-saham farmasi dibandingkan saham rumah sakit dan layanan kesehatan laboratorium. 

Kiswoyo mengungkapkan, dia cenderung netral terhadap saham-saham farmasi karena industri ini memiliki beberapa tantangan, salah satunya sebagian besar bahan baku obat yang masih impor. Selain itu, produk-produk farmasi biasanya terikat aturan sehingga margin harganya cenderung tipis. 

Kiswoyo mencontohkan, emiten farmasi tidak bisa memaksimalkan margin dari obat-obatan pendukung penanganan Covid-19 yang memiliki permintaan tinggi saat ini. Apalagi beredar kabar, akan ada aturan distribusi obat-obatan yang bertujuan menstabilkan kondisi permintaan dan penawaran sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Kiswoyo berkaca dari pengalaman sebelumnya, apabila obat-obat sudah ditetapkan oleh pemerintah, biasanya akan diatur pula harga eceran tertingginya. "Kalau berharap untung besar dari ini saya lihat belum bisa karena kemungkinan akan ada yang mengatur " kata dia kepada Kontan.co.id, Minggu (18/7). 

Baca Juga: Industri jamu dan farmasi menggenjot pemanfaatan bahan baku herbal

Sementara dari sisi vitamin maupun suplemen penunjang kesehatan konsumen, Kiswoyo tidak memungkiri margin memang berpotensi lebih tinggi. Akan tetapi, produk semacam ini memiliki persaingan yang lebih ketat. 

Sekadar informasi, pergerakan saham-saham farmasi cenderung tertekan antara 1,22% hingga 29,5% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Penurunan paling dalam itu dialami oleh PEHA menjadi Rp 1.195 per saham. Setelahnya ada INAF yang tertekan 20,8% ytd menjadi Rp 3.190 per saham dan  KAEF yang menurun hingga 19,76% ytd menjadi Rp 3.410 per saham. 

Baca Juga: Cari Obat Covid-19 untuk isoman? Cek stok di apotek lewat Farmaplus

Kiswoyo mencermati, kondisi seperti saat ini lebih menguntungkan untuk saham-saham rumah sakit dan laboratorium. Disamping permintaan yang tinggi dari pasien Covid-19, emiten rumah sakit bisa memaksimalkan margin dari pembayaran asuransi, khususnya dari pasien yang menggunakan asuransi swasta. Ia pun menjagokan emiten-emiten rumah sakit seperti BMHS, SILO, dan MIKA. Selain itu, saham laboratorium PRDA juga dinilai atraktif. 

Bagi investor yang masih tertarik masuk ke saham-saham farmasi, Kiswoyo menyarankan untuk lebih mencermati emiten dengan produk-produk yang berkaitan dengan pandemi Covid-19. Misalnya, obat pendukung penanganan Covid-19. Walau memang margin yang dihasilkan tidak tinggi, setidaknya produk-produk tersebut masih diminati selama pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Oleh karena itu, saham farmasi seperti KAEF dan INAF bisa dicermati. 

Baca Juga: Harga saham emiten farmasi turun di tengah sentimen positif, ini kata analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×