Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Schroder Investment Management Indonesia optimistis dengan performa pasar saham dan pasar surat utang tanah air di tahun 2024. Ekspektasi penurunan suku bunga akan menjadi katalis bagi industri pasar modal Indonesia.
Dalam riset yang dibagikan, Schroder Indonesia mengekpektasikan narasi yang seharusnya mendukung pasar saham di tahun 2024. Pertumbuhan PDB diperkirakan solid mendekati 5% dan pertumbuhan laba perusahaan yang sehat sekitar 11-12% di tahun depan.
Beberapa poin penting di tahun 2024 meliputi kebijakan yang lebih dovish dari Federal Reserve (The Fed) dapat menstimulasi pertumbuhan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi Indonesia dan pasar-pasar negara berkembang lainnya.
Pasar saham juga berpotensi mendapatkan dorongan dari pertumbuhan ekonomi China dimulai dari basis rendah (low base) dengan stimulus yang cukup, sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi mereka lebih baik di tahun 2024.
Baca Juga: Pergerakan Investor Domestik Mendorong IHSG
Prospek harga komoditas yang lebih baik karena efek basis yang rendah setelah koreksi di tahun 2023 turut membuka peluang kinerja pasar saham yang lebih positif. Stimulus dari China dapat memberikan dukungan untuk komoditas berbasis logam pada tahun 2024.
Selain itu, pasar seharusnya kembali fokus pada faktor fundamental, setelah kebisingan dari aktivitas politik menjelang pemilu 2024. Pada akhirnya, neraca perusahaan-perusahaan di Indonesia diperkirakan tetap sehat.
Kebijakan pemerintah terkait likuiditas turut menjadi perhatian investor pada tahun 2024 sebagai stimulus pertumbuhan. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) telah mengetatkan likuiditas pada paruh kedua tahun 2023.
Oleh karena itu, Schroder Indonesia memandang bahwa bank-bank besar seharusnya mampu memberikan kinerja laba yang solid, sementara harga komoditas yang stabil akan membantu mendukung marjin perusahaan[1]-perusahaan konsumer.
Tahun politik juga dapat membantu penjualan barang-barang kebutuhan pokok konsumen (consumer staples goods). Selain itu, relaksasi PPN baru-baru ini dapat membantu mendukung laba perusahaan-perusahaan properti.
Baca Juga: Menguat 0,49% Sepekan, Simak Review IHSG di Pekan Terakhir 2023
Schroder Indonesia menilai, penurunan suku bunga yang terjadi seharusnya memberikan narasi bagi pemulihan pasar obligasi pada paruh pertama tahun 2024. Dengan demikian, kondisi itu akan memberikan dorongan pula bagi pasar saham pada paruh berikutnya karena pasar saham biasanya tertinggal dan mengikuti pasar obligasi. Pada akhirnya, sektor-sektor yang menjadi proxy pasar obligasi juga dapat merasakan sentimen dari penurunan imbal hasil obligasi.
“Kami berpikir bahwa tekanan dari sektor komoditas juga akan mereda karena penurunan harga komoditas seharusnya mulai mencapai titik terendah, meskipun potensi kenaikan masih perlu dilihat,” ungkap Schroder Indonesia dalam riset yang dibagikan kepada Kontan.co.id, (20/12).
Schroder Indonesia beranggapan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun obligasi. Hal itu karena reli obligasi yang tertunda di tahun 2023, sekarang diperkirakan bergeser ke tahun 2024.
“Kami berpikir bahwa berita tentang pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan menjadi tema dominan di tahun depan dan ini akan menguntungkan investor negara berkembang, khususnya yang memiliki inflasi rendah, fiskal yang prudent, dan pertumbuhan yang stabil seperti Indonesia,” tulis Schroder Indonesia dalam risetnya.
Baca Juga: IHSG Turun 0,43% ke 7.272 di Perdagangan Terakhir 2023, Jumat (29/12)
Namun perlu dicermati, satu risiko utama dari pandangan ini adalah bahwa tahun 2024 adalah tahun pemilu untuk Indonesia, yang berarti bahwa mungkin ada perubahan dalam kebijakan, terutama dalam pengelolaan fiskal. Terdapat ketidakpastian apakah pemerintahan selanjutnya akan melanjutkan pendekatan yang lebih konservatif dan berhati-hati atau akankah mereka mengadopsi pendekatan ekspansif yang dapat berimplikasi pada defisit fiskal yang lebih lebar.
Dalam skenario terakhir, Schroder melihat kemungkinan penjualan obligasi dengan mata uang lokal. Manajer Investasi (MI) ternama ini optimistis terhadap pasar obligasi terutama surat utang pemerintah menuju tahun 2024.
Schroder Indonesia memperkirakan, US Treasury akan menguat tahun depan dan Indeks dolar AS (DXY) akan cenderung menurun. Tren ini cenderung menguntungkan bagi mata uang dan suku bunga negara-negara berkembang secara umum.
Setelah The Fed menurunkan suku bunga, risiko aliran keluar dari negara-negara berkembang kemungkinan akan berkurang. Dengan demikian membuka jalan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga.
“Ini (turunnya suku bunga) akan menjadi sinyal bullish bagi surat utang pemerintah jangka pendek dan inflasi yang lebih rendah serta fiskal yang stabil yang juga akan mendukung penurunan yield jangka panjang. Sebagai hasilnya, kami memperkirakan kurva akan mencuram dengan kemiringan positif,” papar Schroder Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News