Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
Perusahaan yang berkonsentrasi pada jenis udang Vanname dan udang windu (Black Tiger) tersebut, kali ini akan fokus pada produk cooked dan value added ketimbang raw Vanname. Pasalnya produk raw vanname memiliki profit marjin yang tipis serta mendapat tantangan besar terutama dari India yang memiliki jumlah tambak produktif cukup masif di sepanjang garis pantai.
“Perseroan dan perusahaan anak terus berusaha untuk mengembangkan produk-produk tersebut sesuai dengan permintaan khusus pelanggan ataupun dapat diterima pasar ekspor. Serta ke depannya perseroan dan perusahaan anak juga akan menjual produk value added di pasar domestik,” jelas dia.
Alasan shifting lainnya adalah permintaan atas frozen food dan ready to cook product juga terus tumbuh terutama di saat pandemi Covid-19 dengan adanya arahan stay at home. Hal ini juga mendorong pertumbuhan penjualan PMMP selama pandemi.
Oleh karena itu, PMMP akan fokus meningkatkan porsi penjualan produk value added-nya antara lain breaded, nobashi, sushi ebi, raw tempura, cooked shrimp ring, pre-fried breaded.
Baca Juga: BEI: Ada 17 Perusahaan Bersiap IPO di Tahun Depan
Untuk meningkatkan kapasitas produksi, PMMP memulai pembangunan pabrik pengolahan udang ke-8 di Situbondo, Jawa Timur. Groundbreaking pabrik ini telah dilakukan pada Kamis (7/1). PMMP merogoh kocek Rp 75 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut, yang dananya berasal dari hasil initial public offering (IPO). Targetnya, pembangunan pabrik ini akan selesai dalam waktu 6-7 bulan, sehingga pada semester II-2021 bisa segera beroperasi.
Sebelum pabrik ke-8 ini beroperasi, PMMP memiliki 5 pabrik terletak di Situbondo Jawa Timur dan dua pabrik di Tarakan Kalimantan Utara. Ketujuh pabrik tersebut memiliki total kapasitas produksi 25.100 ton per tahun. Selain itu, PMMP juga memiliki 26 cold storage dengan kapasitas 46.000 ton.
Di tahun ini, PMMP juga akan mulai penetrasi ke pasar domestik dengan menggunakan merek pribadi (private brands) dengan tetap fokus pada peningkatan pangsa pasar di AS dan Jepang. Di domestik, Christian melihat secara profitabilitas lebih menguntungkan namun tingkat permintaan dan konsumsi udang masih sangat rendah di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan negara penghasil udang terbanyak di dunia.
“Kami juga akan ekspansi ekspor dengan tapping new market seperti Uni Eropa. Kami telah mendapatkan ASC Certification, sertifikasi yang dibutuhkan untuk ekspor ke negara-negara Uni Eropa. Beberapa potensi buyer pun sudah menyampaikan minatnya kepada kami,” jelasnya.
Selanjutnya: Tunaikan Janji IPO, Panca Mitra (PMMP) Mulai Bangun Pabrik Pengolahan Udang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News