Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PAM Mineral Tbk (NICL) akan lebih ekspansif tahun ini. Emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (9/7) tersebut menargetkan volume penjualan nikel mencapai 1,30 juta metrik ton tahun ini.
Target ini naik 87,04% dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metrik ton.
Dari sisi produksi, NICL dan entitas anak ditargetkan mampu memproduksi 1,5 juta metrik ton nikel, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB).
“Target pertumbuhan atas dasar alternatif produk yang akan disiapkan oleh Perseroan, dengan didukung adanya market yang lebih bervariatif,” terang Suhartono, Sekretaris Perusahaan PAM Mineral kepada Kontan.co.id, Jumat (9/7).
Dari sisi bottomline, emiten tambang nikel ini menargetkan mampu meraup laba bersih sebesar Rp 103,41 miliar pada 2021. Ini berarti, target laba bersih tersebut melesat 263,46% dari realisasi laba pada tahun 2020 yang hanya Rp 28,45 miliar.
Baca Juga: Baru IPO, NICL Menargetkan Laba Bersih Tumbuh 263,46% pada Tahun Ini
Selain menggeber penjualan dan laba bersih, NICL juga telah menyiapkan sejumlah ekspansi tahun ini. Asal tahu, NICL mendapatkan dana segar Rp 200 miliar dalam gelaran penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Sekitar Rp 72 miliar akan dipergunakan untuk pengembangan usaha perseroan dan anak perusahaan, PT Indrabakti Mustika (IBM), dimana sebesar 30% akan digunakan untuk eksplorasi penambahan cadangan bijih nikel di area blok kerja perseroan.
Blok kerja tersebut antara lain blok yang diberi nama BCL, Raisa, Kartini, Tiara, dan Syahrini dengan total luas sekitar 51 hektare yang berada di dalam area pertambangan dengan izin usaha pertambangan (IUP) atas nama NICL di Morowali.
Baca Juga: Raih dana segar Rp 200 miliar, simak penggunaan dana IPO PAM Mineral (NICL)
Sekitar 70% nya akan dipergunakan oleh PT Indrabakti Mustika untuk program eksplorasi lanjutan pengeboran spasi detail (infill drilling) penambangan cadangan bijih nikel di area blok kerja Kolaka Cendana, Longori, Silae, Komia, Kuma, Kondole dengan total luas 183 hektare di Konawe Utara. Kedua pengembangan usaha itu direncanakan dimulai pada paruh kedua 2021.
Sementara itu, sisa dana segar akan digunakan sebagai modal kerja (working capital) untuk operasional NICL dan IBM, dengan rincian sebesar 72% untuk modal kerja untuk operasional NICL dan sebesar 28% untuk modal kerja untuk operasional IBM. Biaya operasional tersebut diantaranya seperti biaya kontraktor, biaya quality assurance & quality control (QAQC), biaya pengapalan, dan biaya operasional lainnya.
Selanjutnya: Pasar nikel mentereng, PAM Mineral (NICL) bidik kenaikan laba bersih hingga 263,46%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News