kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Outlook Indonesia pada semester kedua dinilai jauh akan lebih baik


Selasa, 14 Juli 2020 / 15:01 WIB
Outlook Indonesia pada semester kedua dinilai jauh akan lebih baik
ILUSTRASI. Ekonomi secara global akan pulih secara bertahap atau membentuk U-shape dimulai pada kuartal III-2020.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan new normal atau kenormalan baru berhasil menggerakkan roda ekonomi dalam negeri. Namun di satu sisi, laju pertumbuhan kasus positif virus corona juga terus terjadi.

Kendati demikian, Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul mengungkapkan bahwa ekonomi secara global akan pulih secara bertahap atau membentuk U-shape dimulai pada kuartal III-2020. Sementara dari segi fundamental, Jemmy juga melihat ekonomi Indonesia saat ini cukup baik.

“Dari sisi pasar saham, Indonesia menawarkan potensi imbal hasil cukup menarik bagi investor asing di mana PE (Price to Earning) ratio rata-rata saat ini cukup murah di level 12,4 per 10 Juli 2020. Ditambah komitmen BI untuk menjaga kestabilan moneter dan mata uang rupiah,” ujar Jemmy dalam acara diskusi BizInsight online yang diadakan oleh Bank Commonwealth, pada Selasa (14/7).

Baca Juga: Gara-gara corona, angka pengangguran tahun ini bisa naik 9 juta jiwa

Jemmy menyebut, sentimen persebaran virus corona masih akan jadi katalis utama dalam penggerak keadaan pasar. Selain itu, laporan pendapatan keuangan para emiten pada kuartal II-2020 juga akan menjadi sentimen yang cukup berpengaruh.

“Pergerakan IHSG ke depan masih akan bergantung pada kinerja emiten perbankan, tapi perlahan namun pasti tengah masuk fase recovery. Sementara virus corona, yang harus dicermati dan menjadi krusial adalah angka pertumbuhan kematian akibat corona,” jelas Jemmy.

Jemmy tak menampik adanya potensi lockdown jilid dua, dan jika hal tersebut terjadi, dapat dipastikan ekonomi akan kembali tertekan. Namun, dia menilai selama dalam sebulan hingga dua bulan ke depan angka laju jumlah kematian bisa diredam dan berkurang, lockdown sepertinya tidak akan terjadi. Apalagi saat ini kesiapan infrastruktur juga lebih baik.

Baca Juga: Ramalan ekonom: Pengangguran akan melonjak 10% tahun ini

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya juga sependapat bahwa fundamental Indonesia saat ini masih cukup baik. Bahkan, menurut dia, kondisi saat ini lebih baik dibanding krisis pada 2008 maupun 1998.

“Inflasi saat ini jauh lebih stabil dan terjaga rendah di kisaran 3%, sementara pada 2008 menyentuh 12% dan pada 1998 bahkan hingga 82%. Dari cadangan devisa yang besar di mana per Mei mencapai US$ 130,5 miliar, juga akan mampu dijadikan amunisi untuk menjaga kestabilan rupiah ke depan,” ujar Ivan.

Meski demikian, Ivan melihat minat investasi baru akan mulai kembali normal seperti sebelum pandemi dalam jangka waktu menengah ketika pengembangan vaksin virus corona sudah lebih jelas.

Baca Juga: Betulkah sudah waktunya optimis di saham?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×