CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Otot rupiah kian loyo ke Rp 14.137 per dollar AS


Rabu, 02 September 2015 / 17:35 WIB
Otot rupiah kian loyo ke Rp 14.137 per dollar AS


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otot rupiah semakin kendur. Mengacu data Bloomberg Rabu (2/9), di pasar spot rupiah lanjutkan pelemahan ke Rp 14.137 per dollar AS atau 0,28% dari Rp 14.098 per dollar AS

Sementara, rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah 36 poin menjadi 14.132 per dollar AS dari sebelumnya Rp 14.096 per dollar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan, masih akan melambatnya perekonomian global seiring dengan data sektor manufaktur Tiongkok serta Amerika Serikat dilaporkan mengalami penurunan membuat pesimisme dikalangan investor. 

Akibatnya, pelaku pasar cenderung memburu mata uang "safe haven" seperti dollar AS unutk menjaga nilai aset agar tidak tergerus.

"Data manufaktur kedua ekonomi terbesar dunia yang mengalami kontraksi membuat pelaku pasar khawatir untuk masuk ke dalam aset mata uang berisiko," kata Lukman Leong dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa kekhawatiran pelaku pasar terhadap ekonomi global itu seiring juga dengan pernyataan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde dalam pidatonya di Indonesia, dimana disampaikan pertumbuhan ekonomi global sekarang mungkin lebih lemah daripada yang telah diperkirakan beberapa bulan yang lalu.

Di samping sentimen itu, lanjut Lukman Leong, investor juga dibayangi oleh kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed yang masih simpang siur. Wakil Ketua the Fed Stanley Fischer dalam simposium tahunannya menyatakan bahwa inflasi AS cenderung meningkat, mendukung kenaikan suku bunga secara gradual. Namun, pernyataan lain disampaikan Presiden the Fed New York William Dudley, dimana peluang untuk kenaikan suku bunga AS bulan September cenderung sempit.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa nilai tukar rupiah yang kembali mengalami koreksi terhadap dolar AS menyusul adanya kekhawatiran pasar terhadap cadangan devisa Indonesia akan mengalami penurunan.

"Turunnya cadangan devisa berpotensi meningkatkan kekhawatiran terhadap kemampuan Bank Indonesia mencegah depresiasi rupiah yang terlalu dalam," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (2/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 14.127 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.081 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×