Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Obligasi Negara Ritel (ORI0021) laris manis diburu investor. Likuiditas yang masih melimpah jadi sentimen utama yang mendukung penjualan ORI021 tetap laris manis.
Mengutip data yang dilansir salah satu mitra distribusi daring di hari penutupan penawaran ORI021, Kamis (17/2), total penjualan SBN ritel perdana di 2022 tersebut mencapai Rp 25,1 triliun. Sebagai perbandingan, penjualan seri sebelumnya, yaitu ORI020 sebesar Rp 15 triliun.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengatakan penjualan ORI021 di BCA mencapai Rp 4,93 triliun. Jumlah investor yang melakukan pembelian ORI021 di BCA tercatat sebanyak 13.999 investor.
Co-founder dan CEO Bareksa, Karaniya Dharmasaputra juga merasakan antusias masyarakat tinggi terhadap ORI021 dengan jumlah investor baru yang bertransaksi naik 3,5 kali lipat di Bareksa.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Atturidha menyampaikan hingga hari terakhir penjualan ORI021, Bank Mandiri berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 2,57 triliun. Jumlah investor ritel yang membeli sebanyak 4.640 investor.
Baca Juga: Penjualan ORI021 Mencapai Rp 25 Triliun hingga Kamis (17/2)
General Manager Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia mengatakan antusias masyarakat terhadap SBN ritel di awal tahun ini sesuai dengan ekspektasi BNI akan likuiditas dana investor masih cukup tinggi.
"Investor mencari alternatif produk investasi yang menarik dan ORI021 jadi jawabannya," kata Henny, Kamis (17/2).
Tercatat, hingga penutupan masa penawaran, ORI0121 di BNI berhasil terjual Rp 1,77 triliun.
Sekadar informasi, kupon ORI021 sebesar 4,9% dengan jenis kupon tetap dan memiliki tenor 3 tahun.
Sementara, ke depan dengan inflasi yang meningkat akan memicu kenaikan suku bunga dan kupon ORI021 tidak bisa naik seperti SBN ritel yang memiliki jenis kupon mengambang.
Fitur ORI021 yang dapat diperdagangkan kembali di pasar sekunder juga jadi kurang diuntungkan dengan tren suku bunga naik yang dapat menggerus harga obligasi.
Namun, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan investor tetap memburu ORI021 karena mengincar investasi yang aman dan memberikan imbal hasil pasti di banding instrumen investasi lain yang berfluktuasi.
Karakteristik investor ritel yang membeli ORI021 pun akan cenderung memegang surat utang ini hingga jatuh tempo.
Henny menambahkan suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini masih rendah yang mendorong bunga deposito jadi lebih rendah dibandingkan kupon ORI021. Sehingga investor lebih tertarik untuk memburu ORI021.
Selain itu, risiko kredit di obligasi korporasi masih tinggi dan investor cenderung memilih obligasi pemerintah.
Baca Juga: ORI021 Tetep Laris Meski Inflasi dan Suku Bunga dalam Tren Naik
Rudi mengatakan di luar kupon ORI0121 yang menarik, penjualan obligasi ritel ini tinggi karena kondisi likuiditas investor saat ini masih dalam level memadai. Rudi juga menilai meski tren inflasi tinggi kupon ORI021 masih mampu mengalahkan inflasi ke depan.
"BI memiliki inflation targeting framework di rentang 2%-4% sehingga kupon ORI021 masih mampu mengalahkan inflasi," kata Rudi.
Meski begitu, Henny mengingatkan dalam menghadapi tren kenaikan inflasi dan suku bunga naik, investor tentunya tidak bisa hanya mengandalkan pada satu produk investasi saja. ORI menjadi instrumen untuk menghasilkan cashflow bulanan dan mengurangi risiko kredit dalam portfolio.
Namun Henny juga menyarankan kepada investor untuk mengisi porsi agresif seperti obligasi tenor panjang dan instrumen beraset dasar saham untuk mendorong kenaikan imbal hasil secara rata-rata tertimbang. Dan tentu saja porsi tersebut akan kami sesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News