kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.547.000   -20.000   -1,28%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

OPEC bergeming, harga minyak kian dingin


Jumat, 28 November 2014 / 08:32 WIB
OPEC bergeming, harga minyak kian dingin
ILUSTRASI. Kerja sama PT MENN Teknologi Indonesia Tbk dengan Kukbo Co., Ltd.


Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus meluncur turun setelah negara-negara OPEC mempertahankan produksi minyak, hari ini (28/11).

Minyak jenis West Texas Intermediate turun 6,8% sejak penutupan 26 November lalu, dan diperdagangkan di level US4 68,69 per barel pada pukul 10:12 waktu Tokyo. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2010. 

Kemarin malam, negara-negara yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) memutuskan batas kuota produksi kolektif tetap di level 30 juta barel per hari, dalam pertemuan di Wina, Austria kemarin malam.

Harga WTI turun 10% sepanjang pekan ini, penurunan terbesar sejak tahun 2011.

Penurunan harga minyak mentah diyakini makin mempersulit negara-negara yang sedang mengejar target inflasi seperti Uni Eropa dan Jepang. 

Harga minyak jenis Brent turun 0,2% kemarin ke US$ 72,42 per barel di bursa London. Minyak jenis premium ini telah merosot 35% sepanjang tahun ini. 

Musim dingin

Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures, mengatakan, pertemuan OPEC menjadi katalis utama penentu harga minyak saat ini.

Analis PT Harvest International Futures Tonny Mariano menilai, harga minyak lebih banyak digerakkan oleh spekulasi. Namun, melihat lesunya aktivitas perekonomian saat ini, ia menduga permintaan minyak masih terbatas.

Terakhir kali harga minyak menyentuh level US$ 100 per barel pada bulan Juni 2014. Sejak saat itu, harga terus menukik hingga saat ini. “Tapi adanya spekulasi bahwa musim dingin berkepanjangan berpotensi mendongkrak permintaan. Harga bisa terangkat,” imbuh Tonny.

Secara teknikal, harga minyak terpantau menurun (bearish). Ariston bilang, harga berada di bawah moving average 50, 100 dan 200. MACD berada di bawah nol. Stochastic sudah memasuki area jenuh jual. Sementara RSI berada di level 29%.

Ariston memprediksi, harga minyak sepekan bergerak di kisaran US$ 76-US$ 78 per barel. Hingga akhir tahun, harga di kisaran US$ 64 -
US$ 78 per barel. Sementara Tonny memprediksi harga minyak berpotensi menyentuh level US$ 60-US$ 80 per barel di akhir tahun.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×