Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasokan obligasi korporasi membanjir di awal tahun ini. Berdasarkan catatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), surat utang sekitar Rp 2,75 triliun siap terbit dalam waktu dekat. Nilai tersebut merupakan mandat pemeringkatan yang diterima Pefindo hingga 21 Januari 2015.
"Obligasi tersebut diterbitkan oleh tujuh perusahaan," kata Vonny Widjaja, Direktur Pemeringkatan Pefindo, kemarin. Ia menjabarkan, mayoritas penerbitan dilakukan oleh perbankan dan multifinance senilai Rp 2,05 triliun dari empat perusahaan. Selebihnya berasal dari tiga perusahaan properti dan konstruksi senilai Rp 700 miliar. Sayangnya Vonny enggan menyebutkan nama-nama perusahaan penerbit obligasi tersebut.
Berdasarkan catatan KONTAN, PT Bank OCBC NISP, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang berencana mencatatkan penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahap II senilai Rp 3 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI), 11 Februari 2015.
PUB tahap II ini ditawarkan dalam tiga seri. Seri A ditawarkan senilai Rp 1,09 triliun dengan kupon 9% dan tenor satu tahun. Seri B senilai Rp 670 miliar dengan kupon 9,4% dan tenor dua tahun. Terakhir, serta seri C senilai Rp 1,23 triliun dengan kupon 9,8% dan tenor tiga tahun.
Selain itu, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun di kuartal II atau III tahun ini. Obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai total Rp 2 triliun. Akhir tahun lalu, perusahaan telah menerbitkan PUB tahap I senilai Rp 500 miliar.
"Sekitar Rp 1 triliun akan kami tawarkan kembali sambil melihat kondisi pasar dan bisnis perusahaan," kata Executive Vice President PT PNM Arief Mulyadi.
Efek front loading Penerbitan obligasi korporasi tahun ini diperkirakan bakal ramai. Vonny memprediksi, penerbitan tahun ini akan mencapai Rp 55 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi emisi obligasi 2014 lalu yang sebesar Rp 48,04 triliun.
Tingginya penerbitan obligasi tahun ini, ditopang oleh banyaknya surat utang jatuh tempo lebih dari Rp 30 triliun. Emiten diperkirakan akan melakukan refinancing dengan menerbitkan obligasi di tahun ini. "Selain itu, beberapa emiten yang menunda penerbitan tahun lalu, kemungkinan akan menerbitkan di tahun ini," ujar Vonny.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi akan ramai di semester I. Pasalnya, mayoritas obligasi korporasi jatuh tempo berada pada semester I-2015. Mandiri Sekuritas mencatat, sekitar Rp 7,9 triliun obligasi korporasi jatuh tempo pada kuartal I dan sekitar Rp 12,2 triliun pada kuartal II-2015. Sisanya, jatuh tempo pada kuartal III mencapai Rp 5,7 triliun dan kuartal IV mencapai Rp 7,2 triliun.
Menurut Handy, investor bisa masuk ke pasar obligasi di bulan Januari. Penerbitan obligasi pada bulan ini diperkirakan membanjir, baik dari obligasi korporasi maupun surat berharga negara (SBN). Pemicunya adalah kebijakan pemerintah yang menggenjot penerbitan obligasi di awal tahun (front loading). Kondisi tersebut mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dan yield obligasi akan naik. Sehingga, kupon obligasi juga akan semakin menarik bagi investor.
Handy menghitung, yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun pada tahun ini berada di kisaran 8,3% atau naik tipis dibandingkan tahun lalu yang sekitar 8,2%. Untuk tenor pendek dua dan lima tahun diperkirakan tidak akan beranjak dari level masing-masing 7,3% dan 7,8%.
Handy juga memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi tahun ini bakal ramai, karena ditopang meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 5,3% hingga 5,5%, dibandingkan tahun lalu yang di kisaran 5,1%. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi. "Sehingga perusahaan membutuhkan pembiayaan dan akan mencari di pasar modal dengan cara menerbitkan obligasi," ujar Handy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News