kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Obligasi korporasi terus unjuk gigi


Jumat, 11 November 2016 / 12:36 WIB
Obligasi korporasi terus unjuk gigi


Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Obligasi korporasi mencatat kinerja ciamik tahun ini. Tengok saja indeks INDOBeX Corporate Total Return yang disusun Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Per Kamis (10/11), indeks yang menggambarkan imbal hasil investasi di obligasi korporasi tersebut tumbuh 13,05% sejak awal tahun.

Sedang bila dibandingkan dengan periode yang sama setahun lalu, kenaikannya mencapai 14,22%. “Return obligasi korporasi mencapai rekor tertinggi sejak awal pencatatannya pada akhir Oktober lalu,” ungkap Nicodimus Anggi Kristiantoro, analis IBPA.

Menurut Nicodimus, obligasi korporasi tahun ini memberi return lebih tinggi. Di periode yang sama tahun lalu, return obligasi korporasi cuma sebesar 8,73%.

Kenaikan return obligasi korporasi saat ini merupakan efek domino berbagai sentimen positif dalam negeri serta stabilnya perekonomian global. “Sentimen domestik cenderung menghiasi pasar sejak awal tahun hingga awal kuartal empat ini," kata Nicodimus.

Lihat saja, pertumbuhan ekonomi per kuartal masih bagus. Inflasi terjaga dan bank sentral terus melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Pemerintah juga terus menjaga kestabilan perekonomian domestik.

Analis MNC Securities I Made Adi Saputra menilai, kenaikan obligasi korporasi juga didorong pemotongan BI 7-day reverse repo rate. Terakhir, BI memangkas suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin ke level 4,75%. “Dengan turunnya suku bunga, investor beralih dari deposito ke obligasi, sehingga imbal hasil naik,” ujar dia.

Meski sentimen dalam negeri positif, Nicodimus mencatat ada beberapa sentimen negatif yang berasal dari luar negeri. Contohnya ada Brexit, volatilitas harga minyak dan gejolak menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

Namun, kebijakan ekonomi negara-negara Eropa dan jepang yang menerapkan suku bunga rendah membuat yield obligasi Indonesia lebih atraktif dibandingkan dengan negara regional lainnya. Apalagi, biasanya yield obligasi korporasi lebih tinggi dari obligasi pemerintah sehingga mampu menarik lebih banyak investor untuk masuk.

Secara umum, Nicodimus masih memandang, prospek obligasi korporasi masih bagus. Selain itu, ia melihat potensi return obligasi korporasi akan tumbuh seiring berjalannya proyek infrastruktur yang dicanangkan pemerintah serta banyaknya obligasi yang jatuh tempo di tahun 2017.

“Kondisi tersebut akan mendorong perusahaan menerbitkan obligasi untuk keperluan pendanaan proyek infrastruktur serta untuk pembiayaan kembali,” kata Nicodimus.

Senada, Made memperkirakan prospek obligasi korporasi masih akan cerah. Ada beberapa sektor yang menarik, di antaranya adalah sektor konstruksi sebagai pendukung infrastruktur.

Nicodimus mengingatkan investor untuk mencermati sentimen dari luar negeri, terutama kebijakan ekonomi presiden baru Amerika SeriPat (AS) Donald Trump.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×