Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sampai akhir 2016, investor disarankan untuk mengalihkan portofolionya dari saham dan SUN ke obligasi korporasi. Rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed bakal menekan pasar saham.
Fund Manager BNI Asset Management Andre Varian menyarankan, hingga akhir tahun 2016 ini para investor sebaiknya memperbesar porsi obligasi korporasi pada portofolio. "Terutama obligasi korporasi dengan rating AA- dan berdurasi di bawah tiga tahun," ujar dia.
Hal ini dilihat oleh Andre sebagai salah satu cara untuk mengamankan capital gain yang sudah didapat dari SUN dan saham sepanjang tahun ini. Memang, mengutip Bloomberg, return year to date IHSG saja sudah mencapai level 17,69% sedangkan return obligasi year to date sudah mencapai 14,20%.
Di balik kenaikan yang tajam, Andre merasa indeks dollar akan terus menguat karena kenaikan suku bunga The Fed yang diproyeksi akan terjadi pada akhir tahun ini. Dia memprediksi, potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) sebesar 25 basis poin di kuartal keempat tahun 2016 dapat memicu koreksi pada rupiah.
Ditambah, pada Kamis (3/11) ini Federal Open Market Committee (FOMC) akan mengeluarkan sebuah pernyataan tentang keadaan dan kebijakan ekonomi AS. Apabila para pejabat FOMC mengeluarkan pernyataan yang hawkish, maka indeks dollar makin kuat dan rupiah akan melemah.
Belum lagi, Andre melihat obligasi korporasi dengan yield yang cukup bagus masih cukup banyak beredar di pasar sekunder. Tengok saja penawaran obligasi berkelanjutan yang dilakukan PT Maybank Indonesia Finance yang didaftarkan pada Kamis (28/10) lalu.
Obligasi dengan tenor tiga tahun dari perusahaan ini menawarkan tingkat bunga tetap sebesar 8,30% per tahun. Sedangkan obligasi pemerintah Indonesia seri benchmark dengan tenor yang sama hanya mempunyai yield sebesar 6,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News