kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,31   14,00   1.54%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi korporasi membaik ketimbang SUN


Senin, 30 November 2015 / 19:56 WIB
Obligasi korporasi membaik ketimbang SUN


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sepanjang tahun 2015, pertumbuhan harga obligasi korporasi lebih tinggi dibandingkan harga Surat Utang Negara (SUN).

Rata-rata harga obligasi korporasi pada Senin (30/11) yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price terangkat 0,08 poin atau sekitar 0,08% ketimbang akhir tahun 2014 alias year to date (ytd) menjadi 103,73.

Sedangkan rata-rata harga obligasi pemerintah yang terlihat pada INDOBeX Government Clean Price merosot 4,08 poin atau sekitar 3,71% secara ytd ke posisi 106,2.

Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tekanan pada obligasi korporasi tidak sedalam pasar SUN.

Pertama, mayoritas investor obligasi korporasi menggengam instrumen tersebut hingga jatuh tempo alias hold to maturity. “Transaksi harian obligasi korporasi tidak sebesar SUN yang mencapai triliunan rupiah. Tipikal investor obligasi korporasi mengharapkan kupon,” tuturnya.

Kedua, outstanding obligasi korporasi yang jauh lebih minim dibandingkan pasar SUN. Sehingga, volatilitas obligasi korporasi di pasar sekunder jauh lebih rendah dibandingkan SUN.

Ketiga, mayoritas investor obligasi korporasi berasal dari domestik semisal asuransi, dana pensiun, hingga manajer investasi. Berbeda dengan pasar SUN yang didominasi investor asing.

Data SUN dwi mingguan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 25 November 2015 mencatat, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan tercatat Rp 542,37 triliun atau sekitar 37,96% dari total outstanding Rp 1.428,93 triliun.

Sehingga, investor SUN lebih rentan terpapar risiko fluktuasi mata uang karena takut merugi kala mengkonversikan hasil transaksinya dari rupiah menjadi dollar AS. “Beda dengan investor domestik di obligasi korporasi yang tidak memiliki risiko kurs,” jelasnya.

Maggie Quesada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×