Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia tumbuh cepat. Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat pasar obligasi Indonesia tumbuh 6,8% pada kuartal I 2014 ketimbang kuartal IV 2013 sebelumnya atau tercepat kedua setelah Vietnam diantara negara-negara Asia Timur.
Pada kuartal IV 2013 lalu, total pasar obligasi Indonesia mencapai US$ 108 miliar dan tumbuh menjadi US$ 123 miliar pada kuartal I tahun ini. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pasar obligasi pemerintah yang tumbuh 8,3% dari US$ 90 miliar menjadi US$104 miliar. Sedangkan obligasi korporasi justru turun 0,4% menjadi US$ 19 miliar pada periode yang sama.
"Pertumbuhan tersebut disebabkan pemerintah Indonesia yang menerapkan kebijakan frontloading dimana sebagian besar lelang obligasi dilakukan pada paruh pertama tahun ini," ujar Iwan J Azis, Head of the ADB Office of Regional Economic Integration, baru-baru ini.
Fixed Income Analyst BNI Securities I Made Adi Saputra memperkirakan turunnya pasar obligasi korporasi disebabkan oleh kenaikan tingkat suku bunga. "Sehingga emiten menunda penerbitan obligasi maupun mengurangi jumlah penerbitan," kata Made.
Negara-negara Asia Timur yang dimaksud antara lain, RRC, Honggkong, China, Indonesia, Republik Korea, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Vietnam menempati posisi pertama dengan pertumbuhan mencapai 23%. Adapun di posisi ketiga ditempati oleh Malaysia yang tumbuh 2,8%.
Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan pertumbuhan pasar obligasi Indonesia juga merupakan dampak dari koreksi yang cukup dalam pada pasar obligasi pemerintah (SBN) tahun lalu. Sehingga, harga cukup murah dan investor masuk ke pasar obligasi.
"Faktor politik yang berlangsung saat ini serta fundamental Indonesia masih cukup oke dibandingkan dengan negara-negara tersebut juga menjadi faktor penopang pertumbuhan obligasi," ujar dia.
Dia memperkirakan penerbutan obligasi pemerintah dan korporasi semester II masih akan marak. Penerbitan obligasi pemerintah ditopang oleh melebarnya defisit anggaran pendapatan belanja negara (APBN) 2014 dan bertambahnya penerbitan SBN sebesar Rp 69 triliun.
"Karena ada tambahan tersebut, maka total penerbitan SBN juga akan bertambah banyak," kata Desmon.
Sementara itu, penerbitan obligasi korporasi tahun ini dipengaruhi oleh jumlah jatuh tempo yang mencapai Rp 38 triliun. Dia memperkirakan perusahaan bakal melakukan refinancing dengan menerbitkan obligasi baru. "Khususnya nanti akan didominasi oleh sektor pembiyaan," kata Desmon.
Analisis Desmon, penerbitan obligasi di sisa tahun ini bisa mencapai Rp 290 triliun. Dari total tersebut, sekitar Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun merupakan obligasi pemerintah dan sekitar Rp 40 triliun merupakan obligasi korporasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News