kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi Indonesia masih lebih menarik


Senin, 27 Agustus 2012 / 07:18 WIB
Obligasi Indonesia masih lebih menarik
ILUSTRASI. Untuk memastikan kesehatan tubuh di tengah pandemi, tes Covid-19 menjadi salah satu hal yang perlu dilakukan.


Reporter: Marantina, Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pemerintah cukup percaya diri ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh hingga 6,8% di 2013, meski ketidakpasian ekonomi Eropa membayangi. Ekonomi domestik yang masih relatif stabil menjadi salah satu alasan pemodal asing masih akan mengalirkan dananya ke Indonesia.

Itu tercermin dari kenaikan kepemilikan dana asing di Surat Berharga Negara (SBN). Menilik data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, per 23 Agustus 2012, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 236,08 triliun. Angka ini naik 5,95% dibandingkan akhir 2011 yang sebesar Rp 222,86 triliun.

Ezra Nazula Ridha, VP & Head of Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, menilai, yield obligasi pemerintah yang terbilang tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara lain di Asia menjadi daya tarik bagi asing.
Ambil contoh, yield obligasi Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 6,06%. Bandingkan dengan obligasi pemerintah Filipina yang sekitar 4,87%.

Asing terus masuk

Analis NC Securities I Made Adi Saputra bilang, jika dibandingkan surat utang negara AS, obligasi Indonesia juga tetap lebih menarik. Di saat pasar finansial global meradang, surat utang AS memang menjadi safe haven, sementara aset di negara-negara emerging market dianggap berisiko. "Namun, jika dilihat dari imbal hasil, investor global akan jauh lebih tertarik ke obligasi Indonesia," ujarnya, kemarin (26/8).

Yield obligasi AS bertenor 30 tahun berkisar 2,78%. Sementara, yield obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor yang sama bisa mencapai 6,8%. Negara berkembang lainnya, seperti Filipina hanya memberi yield sekitar 5,8%.

Made bilang, selama Bank Indonesia (BI) bisa menjaga BI rate tetap di 5,75% hingga akhir tahun, investor asing masih akan tertarik masuk ke pasar obligasi Indonesia. Kestabilan nilai tukar rupiah juga menjadi catatan. "Selama BI bisa mempertahankan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 9.500 per dollar AS, yield kita masih menarik," ujar Made.

Selain yield tinggi, investor global juga mempertimbangkan kondisi ekonomi makro Indonesia. Penyematan investment grade dari Fitch Rating dan Moody\'s Investors Service ikut mengundang investor asing masuk ke bursa saham. Sejak awal Agustus 2012, asing mencetak net buy sebesar Rp 2,19 triliun.

Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas, mengatakan, meski credit default swap (CDS) yang menjadi indikator risiko berinvestasi meningkat selama sepekan terakhir, itu masih bersifat temporer. Investor asing hanya mengantisipasi kenaikan inflasi pada bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×