kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Obligasi dan IPO, mana yang lebih menarik?


Rabu, 19 Juli 2017 / 20:54 WIB
Obligasi dan IPO, mana yang lebih menarik?


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Penggalangan dana melalui penerbitan obligasi semester kedua ini diprediksi bakal ramai. Pada saat yang bersamaan, perhelatan initial public offering (IPO) juga bakal lebih menggeliat. Lantas, mana yang lebih menarik, obligasi atau IPO?

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman menjelaskan, dari sisi efisiensi, penggalangan dana melalui IPO terbilang yang paling murah. Sebab, tidak ada beban bunga yang harus dibayarkan secara rutin seperti obligasi.

Setelah IPO, memang ada sejumlah pungutan seperti pungutan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau pungutan lain yang wajib dibayarkan secara rutin oleh para emiten. "Tapi, sejatinya pungutan ini juga akan kembali ke pasar modal demi kemajuan bersama yang pada akhirnya manfaatnya bisa dirasakan oleh para emiten yang bersangkutan," ujar Norico Kepada KONTAN, Rabu (19/7).

Selain soal pungutan, transparansi juga menjadi hal yang wajib dipenuhi oleh para emiten. Tapi, hal ini juga akan bermanfaat bagi emiten ketika ingin kembali mencari dana dengan skema rights issue misalnya. Sebab, transparansi sangat menentukan tingkat kepercayaan investor.

Dengan IPO, calon emiten juga bisa memperoleh efisiensi likuiditas melalui berkurangnya beban pajak yang harus dibayar. Ketika emiten melepas 40% sahamnya ke publik, maka ia bisa memperoleh keringanan pembayaran pajak sekitar 5%.

IPO yang langsung melepas 40% sahamnya memang terjadi. Tapi, untuk jangka panjang hal ini sangat dimungkinkan. Karena selama menjadi emiten, mereka bisa kembali melepas sebagian sahamnya ke publik saat ingin kembali mencari dana segar.

Berbeda dengan obligasi. Obligasi perlu ada kesiapan cashflow guna mengamankan pembayaran bunga yang wajib dibayar setiap periode tertentu. "Obligasi juga butuh lembaga rating yang memberikan gambaran prospek obligasi dan perusahaan penerbit obligasi," kata Norico.

Rating ini akan sangat menentukan laku atau tidaknya obligasi saat dijual. Bukan berarti obligasi tidak menarik dibanding IPO. Obligasi masih tetap prospektif. Apalagi tren suku bunga saat ini sedang murah.

Obligasi juga memiliki cost of fund yang jauh lebih murah dibanding produk perbankan. Oleh sebab itu, antara IPO atau obligasi, semua itu kembali pada kebutuhan masing-masing perusahaan. Yang pasti, semuanya memiliki titik temu yang sama. Menggenjot ekspansi seiring dengan kondisi perekonomian yang terus membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×