Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten menerbitkan obligasi global atawa global bond. Analis memproyeksikan global bond para emiten ini akan terserap dengan baik oleh pasar di tengah likuiditas global yang masih tinggi.
Kabar terbaru, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) akan menerbitkan obligasi global senilai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. Singapura. Sebelumnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga berencana menerbitkan emisi hingga US$ 900 juta atau setara sekitar Rp 13,05 triliun.
Selain itu, PT Buana Lintas Lautan (BULL) tengah memproses penerbitan global bond senilai US$ 400 juta. Tidak mau ketinggalan, PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) juga akan menerbitkan global bond senilai US$ 600 juta.
Baca Juga: BI diproyeksikan tahan suku bunga, begini prediksi IHSG di akhir 2021
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan banyak perusahaan yang mengeluarkan obligasi global karena mempertimbangkan untuk menyesuaikan nilai tukar kebutuhan pendanaan perusahaan dengan pendapatan atau pengeluaran perusahaan.
"Obligasi global dapat dilirik salah satunya jika perusahaan memiliki tujuan untuk menggali pasar obligasi yang lebih luas lagi," kata Dimas, Selasa (16/11).
Pertimbangan lain perusahaan mengeluarkan obligasi global karena ingin memanfaatkan potensi luasnya likuiditas, mengingat adanya tambahan potensi klien yang dapat ditawarkan dalam penerbitan. Tentunya juga dengan harapan cost of funding yang lebih efisien.
Baca Juga: Peluang dan risiko pasar obligasi pasca rencana tapering off The Fed
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pertimbangan perusahaan mengeluarkan obligasi global juga karena ingin menerbitkan dalam nilai yang lebih besar. Selain itu, kondisi suku bunga global saat ini masih rendah.
Secara umum, Dimas mengamati kondisi saat ini masih mendukung perusahaan untuk mengeluarkan obligasi global. Salah satu faktor pendukungnya adalah kelebihan likuiditas masih terjadi di pasar global. "Bagi perusahaan dengan kualitas kredit yang baik masih dapat memanfaatkan untuk mendapatkan tambahan likuiditas," kata Dimas.
Sementara itu, Dimas menilai obligasi global asal Indonesia masih menarik. Alasannya, level yield Indonesia masih di atas rata-rata negara lain dengan kualitas kredit di level yang sama. Alhasil, dalam jangka menengah panjang diharapkan masih ada potensi dari sisi apresiasi harga atau penurunan yield.
Ramdhan mengatakan investor domestik yang biasanya ikut membeli obligasi global adalah perbankan dan manajer investasi.
Di sisi lain, obligasi denominasi rupiah dalam negeri masih tetap menarik. Dimas mengatakan tingkat likuiditas di pasar keuangan secara umum masih tinggi. Dari sisi bunga, obligasi dengan denominasi rupiah secara umum juga masih memiliki premium dibandingkan beberapa mata uang lainnya.
Baca Juga: Kinerja Cikarang Listindo (POWR) Akan Tetap Kuat Ditopang Pulihnya Permintaan Listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News