Reporter: Narita Indrastiti, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Nusa Raya Cipta akan melakukan tukar guling saham atau share swap dengan perusahan investasi, Saratoga Capital. Nusa Raya akan share swap sebelum initial public offering (IPO).
Direktur Utama SSIA, Yohanes Suryajaya mengatakan, Saratoga Capital akan membeli 7% saham Nusa Raya. Sebaliknya, Nusa Raya akan membeli 7% saham Saratoga Capital yang ada pada jalan tol Cikampek-Palimanan. "Nilai transaksi ini Rp 130 miliar," ujar Yohanes. Sementara itu, Pemilik Saratoga Capital, Sandiago Uno enggan berkomentar lebih banyak soal rencana ini.
Manejemen pernah mengatakan, target pencatatan saham Nusa Raya pada awal Juni 2013. Direktur Utama Ciptadana Securities, Ferry Budiman Tanja selaku penjamin emisi IPO Nusa Raya Cipta mengatakan, saat ini sedang dalam tahapan pendaftaran pertama ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kami masih memasukkan data-data administratif untuk IPO ke OJK," kata dia.
Manajemen SSIA berencana melepas 20%-30% saham Nusa Raya Cipta ke publik. Nilai IPO perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi ini mencapai Rp 200 miliar - Rp 300 miliar. Calon emiten ini akan menggunakan laporan keuangan 31 Desember 2012 sebagai acuan valuasi harga saham IPO.
Kinerja anak usaha SSIA terbilang moncer. Pendapatan Nusa Raya mencapai Rp 2 triliun sampai akhir 2012. Angka ini naik 26% dari hasil pendapatan 2011 Rp 1,59 triliun. Kontrak baru Nusa Raya sepanjang tahun lalu sebesar Rp 2,5 triliun.
Kontrak baru
SSIA menargatken dapat membukukan kontrak baru dari bisnis konstruksi Rp 4 triliun tahun ini. Tahun lalu, kontrak baru Rp 2,7 triliun. Artinya, target ini naik hingga 48% dari tahun lalu.
Hingga kuartal I 2013, SSIA membukukan kontrak Rp 1,4 triliun, naik hingga 105,88% dari periode yang sama tahun lalu. "Seluruh kontrak untuk pembangunan infrastruktur ini didapatkan dari swasta. Karena tahun ini banyak pembangunan infrastruktur," ujar Sonny Satia Negara, Senior Finance and Accounting Manager SSIA, Rabu (8/5).
Sonny menjelaskan, lini bisnis konstruksi terus bertumbuh. Sepanjang kuartal I 2013, pendapatan konstruksi menyumbang 60%, hotel berkontribusi 11% dan lahan industri 29%. Periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan konstruksi hanya berkontribusi 47%. "Konstruksi masih menjadi bisnis utama," ujar dia.
Kontrak baru Nusa Raya masih dari high rise building. Tahun ini, pendapatan SSIA masih berasal dari penjualan lahan industri. Kenaikan harga lahan akan menjadi salah satu faktor pendorong. Harga tanah naik 10% mencapai US$ 125 per m²
Penjualan lahan SSIA menurun 22,61% mencapai Rp 260 miliar di kuartal I/2013. Padahal pada periode yang sama tahun lalu pendapatan dari segmen ini memberi kontribusi Rp 336 miliar. Itu berasal dari penjualan lahan seluas 28,8 hektare (ha). Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan lahan SSIA mencapai 43,5 ha.
Sonny mengatakan, penjualan lahan menurun karena proses pengalihan kepemilikan lahan (hand over) sedikit terhambat. Sehingga, pembukuannya baru masuk pada kuartal berikutnya. Namun, SSIA optimistis target penjualan lahan tahun ini mencapai 100 ha. Atau naik 15% menjadi Rp 1,25 triliun karena meningkatnya harga tanah.
Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menilai, aksi share swap berdampak positif bagi SSIA dan Nusa Raya. Sebab, portofolio Nusa Raya Cipta, tidak hanya konstruksi tetapi juga bisnis jalan tol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News