Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan ini. Tangguhnya rupiah sejalan dengan runtuhnya dolar AS akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semakin kuat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (30/8), kurs rupiah di pasar spot menguat sekitar 0,23% secara mingguan ke level Rp 15.455 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.492 per dolar AS. Sementara rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,52% secara mingguan ke level Rp 15.473 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.554 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, penguatan rupiah selama pekan ini secara mingguan memperpanjang tren penguatan dalam lima pekan secara beruntun. Ini tidak terlepas dari pelemahan dolar AS, menyusul sinyal pemangkasan suku bunga semakin kuat.
Pemangkasan suku bunga the Fed hampir dipastikan sebesar 25 basis poin (bps). Untuk kemungkinan porsi pemangkasan lebih besar, bakal melihat data ekonomi Amerika penting terbaru nanti, seperti ketenagakerjaan, sektor manufaktur dan jasa, serta inflasi.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,41% ke Rp 15.473 Per Dolar AS Pada Jumat (30/8)
Jika semua data AS itu terpantau melambat, maka ruang pemangkasan porsi suku bunga bisa makin besar menjadi 50 bps. Serangkaian data penting Amerika tersebut yang bakal dirilis pekan depan menjadi penantian pasar.
“Faktor pelemahan dolar jadi pemicunya (rupiah menguat), ketika sentimen pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed tinggal menunggu waktu di bulan September,” kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Nanang menyoroti, rupiah sendiri melemah di akhir pekan tidak terlepas dari sikap investor yang coba menetralisir jelang rilis data inflasi personal consumption expenditure (PCE) AS malam ini. Data inflasi pilihan AS tersebut diperkirakan akan mengalami kenaikan, baik secara tahunan dan bulanan.
Bila rilis data PCE AS sesuai dengan perkiraan, maka akan menguntungkan untuk dolar AS nantinya. Sehingga ini bakal bereaksi terhadap pergerakan rupiah di hari Senin (2/9), terlebih lagi disusul data penting Amerika lainnya.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,20% ke Rp 15.455 Per Dolar AS Pada Jumat (30/8)
Penguatan dolar di akhir pekan ini juga ditengarai dari revisi data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang tumbuh 3,0% dari 2,8%. Begitu pun klaim pengangguran yang turun menjadi 231.000 dari sebelumnya 232.000.
Nanang menambahkan, selain rilis data PCE dapat mempengaruhi rupiah, pergerakan mata uang garuda juga akan terdampak data ketenagakerjaan, sektor manufaktur, serta jasa. Adapun pekan depan data-data yang dijadwalkan rilis meliputi Jolts Job Opening dan ISM Service PMI.
Dari dalam negeri, rupiah akan dipengaruhi publikasi angka inflasi Indonesia yang diperkirakan tetap pada level 2.13% untuk tahunan. Inflasi domestik yang terjaga akan menguntungkan rupiah ditambah lagi adanya transaksi bilateral yang sedang hangat-hangatnya di kawasan Asia, setelah Indonesia dan Korea menerapkan kerja sama dalam kerangka Local Currency Transaction (LCT).
“Transaksi LCT tersebut mendorong penggunaan mata uang lokal rupiah-won dalam transaksi perdagangan antara kedua negara,” ujar Nanang.
Baca Juga: Analis Ini Ingatkan Bahaya Utang Pemerintah yang Makin Membesar
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong menyebutkan, seperti biasanya awal bulan penuh dengan data penting seperti ISM, Jolt Job Openings, hingga data Non Farm Payroll (NFP). Dari domestik, terdapat data inflasi, manufaktur dan cadangan devisa (cadev). Serta data manufaktur China yang akan berpengaruh bagi kawasan Asia.
“Data-data tersebut bakal menciptakan volatilitas, apabila data-data tersebut tidak sesuai harapan,” imbuh Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Walau rupiah masih dalam lingkungan yang positif, Lukman menilai bahwa dolar AS yang sudah oversold bisa saja berbalik menguat (rebound) setiap saat. Investor mungkin lebih dulu mencermati rilis data inflasi PCE Amerika yang diperkirakan naik 0,2% MoM, sehingga membawa kenaikan tahunan 0,1% menjadi 2.7%.
“Apabila hasilnya (inflasi PCE) sesuai perkiraan atau malah lebih tinggi, maka rupiah berpotensi terkoreksi dan sebaliknya,” tutur Lukman.
Data inflasi PCE tersebut menjadi salah satu indikator penting dalam penentuan arah suku bunga AS. Lukman berujar, rupiah sepekan ini melanjutkan penguatan terhadap dolar AS yang masih tertekan oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed.
Lukman memperkirakan, nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.350 per dolar AS–Rp 15.700 per dolar AS di perdagangan pekan depan. Sedangkan, Nanang memproyeksi rupiah selama pekan depan akan bergerak dalam rentang Rp 15.300 per dolar AS–Rp 15.650 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News