Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar saham-saham BUMN masih mencatatkan penurunan nilai transaksi belakangan ini. Kontan.co.id mencoba membandingkan posisi nilai transaksi pada awal PPKM Darurat, yakni 5 Juli 2021 dengan posisi per Senin, 16 Agustus 2021.
Dari data yang diolah, nilai transaksi 12 saham anggota indeks BUMN20 masih terkoreksi. Sementara sisa delapan saham sudah menunjukkan kenaikan nilai transaksi.
Pada periode tersebut, penurunan nilai transaksi terdalam terjadi pada saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Nilai transaksi KAEF merosot 82%, dari Rp 36,09 miliar pada 5 Juli 2021 menjadi Rp 6,51 miliar pada 16 Agustus 2021.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) lolos prakualifikasi proyek jalan tol Cikunir-Ulujami elevated
Secara berurutan, saham-saham yang mencatatkan penurunan nilai transaksi terbesar ke terkecil adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Timah Tbk (TINS), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Sementara itu, saham yang mencatatkan kenaikan nilai transaksi tertinggi adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yakni sebesar 272%, dari Rp 11,69 miliar menjadi Rp 43,44 miliar. Disusul oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, nilai transaksi saham-saham BUMN banyak yang merosot karena secara teknikal memang sedang dalam tren penurunan. "Saham-saham ini juga minim sentimen positif sehingga membuat investor pemburu saham-saham tersebut cenderung wait and see belum sepenuhnya melirik," kata Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/8).
Baca Juga: Gugatan Serikat Pekerja ditolak Pengadilan, restrukturisasi Pertamina tetap dilanjut
Sebaliknya, saham-saham yang nilai transaksi naik didorong oleh investor yang mulai kembali mengoleksi saham-saham tersebut. Pasalnya, harga saham-saham ini sudah turun dalam dan dinilai sudah mendekati area support-nya.
Sebagai contoh adalah SMGR. Sebelum naik 272% sejak awal pemberlakuan PPKM Darurat hingga saat ini, nilai transaksi SMGR sempat turun 85% sejak akhir kuartal I-2021. Sebaliknya, KAEF yang nilai transaksinya turun 82% akhir-akhir ini, sebelumnya justru sudah melesat 191%.