Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan nilai aset bersih atawa net asset value (NAV) sebesar Rp 48,9 triliun di tahun 2023. Angka itu turun 20% dibandingkan capaian tahun 2022.
Melansir laporan keuangan SRTG di laman BEI, Perseroan membukukan kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp13,81 triliun, naik 471% dari tahun lalu. Sementara penghasilan dividen naik ke Rp 2,80 triliun.
Meskipun begitu, Direktur Keuangan SRTG Lany D. Wong mengaku, Saratoga berhasil memperkuat likuiditas internal pada tahun 2023. Hal ini terlihat dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49% di tahun 2023.
“Keberhasilan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mengelola modal secara hati-hati di tengah masih berlangsungnya iklim suku bunga dunia yang tinggi,” ujarnya dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (18/3).
Baca Juga: Laba Meningkat, Intip Rekomendasi Saham Barito Renewables Energy (BREN) Berikut Ini
Berdasarkan posisi 31 Desember 2023, SRTG berhasil menurunkan utang bersih hingga 62% menjadi Rp 263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 688 miliar.
SRTG pun mencatatkan arus kas dividen dan divestasi Saratoga di akhir tahun yang mencapai level tertinggi selama tahun 2023, yaitu sebesar Rp 3,9 triliun.
“Kami juga berhasil menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat. Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5% dan loan to value menjadi 0,4% dari sebelumnya 1,1% pada tahun 2022,” ujarnya.
Jumlah aset SRTG per akhir 2023 sebesar Rp 50,94 triliun. Liabilitas perseroan sebesar Rp 2,15 triliun di akhir Desember 2023. Sementara, jumlah ekuitas sebesar Rp 48,78 triliun di akhir tahun lalu.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda melihat, penurunan kinerja SRTG disebabkan oleh harga komoditas yang belum stabil sepanjang 2023. Hal ini pun berdampak pada harga saham sejumlah perusahaan yang berada di dalam portofolio SRTG, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
“Selain itu, pelemahan ekonomi global juga mempengaruhi kinerja SRTG di tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (19/3).
Menurut Vicky, sentimen penggerak kinerja SRTG di 2023 adalah harga komoditas, penurunan beban bunga, dan penurunan jumlah utang perusahaan yang besar.
“Menurut kami, sentimen Pemilu 2024 tidak memiliki dampak yang signifikan pada kinerja SRTG,” paparnya.
Di tahun 2024, SRTG masih memiliki peluang untuk bertumbuh. Sentimen pendorongnya di antaranya adalah harga komoditas yang stabil serta pemangkasan suku bunga di semester I 2024.
Baca Juga: Emiten Jalan Tol Bakal Tersengat Sentimen Mudik, Simak Rekomendasi Sahamnya
“Sentimen negatif yang perlu diwaspadai yaitu ketidakpastian ekonomi global serta ketergantungan pada harga komoditas,” ungkapnya.
Vicky pun merekomendasikan buy on weakness untuk SRTG dengan target harga Rp 1.525 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan harga saham SRTG saat ini berada di level support Rp 1.405 per saham dan resistance Rp 1.500 per saham.
“Rekomendasinya masih wait and see dulu, karena masih cenderung downtrend,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (19/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News