Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Nikel dikelilingi berbagai sentimen positif yang dapat mendukung laju harga hingga tahun depan. Analis memperkirakan, harga nikel dapat melaju ke atas US$ 12.000 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/12) pukul 13.32 waktu Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,88% ke level US$ 11.400 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Meski dalam sepekan terakhir, harga nikel tergerus 0,61%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, harga nikel mendapat banyak dukungan sentimen positif. Pertama, pertemuan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC dan non OPEC pada 10 Desember lalu. Produsen minyak termasuk Rusia sepakat membatasi produksi mulai tahun depan sehingga melambungkan harga minyak mentah dan turut mengangkat komoditas lainnya.
Kedua, ekonomi China terus menunjukkan perbaikan dengan data produksi sektor industri bulan November meningkat ke level 6,2% atau lebih baik dari angka sebelumnya maupun proyeksi di level 6,1%. Ibrahim berharap, pertumbuhan ekonomi China akan membaik seiring dengan perbaikan data-data ekonomi. Akhirnya, permintaan nikel dari China terus meningkat. Sementara produksi nikel di China kemungkinan masih melambat lantaran aturan pembatasan produksi dari pemerintah.
Ketiga, janji presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menggenjot program infrastruktur membawa peluang naiknya permintaan nikel dari negeri Paman Sam. Morgan Stanley memperkirakan kenaikan permintaan dari China dan AS akan mendorong harga nikel ke US$ 11.657 per metrik ton di tahun 2017. Proyeksi Morgan Stanley sejalan dengan Citigroup Inc. dan Goldman Sachs Group Inc.
Terakhir, kebijakan tambang di Filipina sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia masih mendukung prospek harga ke depan. Filipina membatalkan izin lingkungan untuk tiga proyek tambang bijih nikel. Izin tambang yang dibatalkan meliputi proyek nikel Ipilan Nickel dan Lebanc Mining's Palawan, serta proyek Austral-Asia's di Davao Oriental. Kebijakan tersebut menambah kekhawatiran pada gangguan pasokan nikel.
"Dukungan berbagai sentimen positif menunjukkan bahwa kekuatan fundamental bisa menahan tekanan harga nikel akibat penguatan dollar AS," lanjut Ibrahim.
Tren kenaikan harga nikel menurut Ibrahim akan berlangsung hingga jangka panjang. Hingga akhir tahun ini, ia meramal, nikel dapat mencapai level US$ 12.100 per metrik ton. Lalu pada kuartal pertama 2017, Ibrahim menduga harga nikel akan bergerak di kisaran US$ 11.100-US$ 12.600 per metrik ton.
Tahun depan, pasar akan mencermati apakah kesepakatan pembatasan produksi minyak antara OPEC dan non OPEC terlaksana. Jika kesepatakan tersebut gagal, maka ada peluang minyak anjlok sehingga menyeret nikel.
Tetapi pada awal tahun depan, ada pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS. Nikel akan terangkat jika program infrastruktur AS benar-benar dijalankan. Hal lain yang juga akan ditunggu pasar adalah pengumuman audit tambang Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News