Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikel menjadi salah satu komoditas yang diyakini masih akan bersinar tahun ini. Mengutip Bloomberg, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak tiga bulanan berada di level US$ 17.645 per Rabu (3/2).
Meski demikian, sejumlah analis menilai kenaikan harga nikel akan mulai terbatas tahun ini, seiring dengan kenaikan harga yang cukup masif pada akhir 2020 hingga awal Januari 2021.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah berekspektasi bahwa harga nikel akan berada pada kisaran US$ 16.000-US$ 17.000 per ton untuk tahun ini.
Hanya saja, jika dilihat kondisi sekarang yang tentunya sudah di luar ekspektasi, dirinya memproyeksikan kenaikan harga nikel tidak akan signifikan seperti yang terjadi awal tahun 2021.
Baca Juga: Rencana investasi Tesla bakal berdampak positif pada saham ANTM
“Walaupun begitu, dengan melihat beberapa katalis yang ada dan yang akan menjadi katalis untuk nikel sendiri maka kami tetap memproyeksikan harga nikel akan tetap volatile di rentang US$ 16.000-US$ 17.000 per ton untuk tahun 2021,” terang Maryoki.
Salah satu katalis datang dari China, di mana Negeri Tirai Bambu tersebut berencana untuk meningkatkan konsumsi nikel untuk kendaraan listrik dan stainless steel.
Kemudian, pembatasan ekspor bijih nikel yang masih diberlakukan pemerintah Indonesia juga menjadi katalis positif untuk nikel.
Harga nikel juga terpoles oleh ekspektasi permintaan kendaraan listrik yang akan naik. Hal ini ditunjukkan dengan program stimulus yang di banyak Negara, juga termasuk dukungan kendaraan listrik untuk mengimbangi dampak ekonomi dari pandemi.
China misalnya, memperpanjang kebijakan subsidi hingga 2022. Beberapa negara Uni Eropa (UE) telah meningkatkan subsidi untuk kendaraan listrik serta target emisi yang lebih ketat.
Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama memproyeksikan kenaikan harga nikel pada tahun ini akan lebih terbatas, yakni sekitar 8% dari harga rata-rata tahun lalu.
Hal ini seiring dengan naiknya harga nikel yang tentu dapat menjadi eksposur bagi produsen yang menggunakan nikel sebagai bahan baku.
Harga yang terlalu tinggi dapat memberikan tekanan pada biaya produksi. “Sehingga, perlu ada penyesuaian harga antara produsen dan konsumen,” ujar Okie kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Produksi nikel diprediksi turun, simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO)
Membaiknya perekonomian China tentu menjadi sentimen positif bagi industri nikel. Berdasarkan data terakhir, China memegang penuh konsumsi nikel dunia saat ini yang diikuti oleh Eropa, Afrika, dan Amerika.
Alhasil, Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia memiliki posisi yang diuntungkan saat ini. Terlebih, Pemerintah melalui BUMN juga akan fokus untuk meningkatkan industri baterai listrik dengan mendorong sejumlah insentif.
Untuk saham berbasis nikel, Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan beli saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga Rp 6.850 dan hold saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan target harga Rp 2.230.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News