Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Saham berkapitalisasi besar masih menjadi andalan manajer investasi. Salah satunya, PT Eastspring Investments Indonesia dalam mengelola reksadana Eastspring Investments Value Discovery.
Produk ini berinvestasi pada efek yang termasuk dalam 30 saham dengan kapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Saham tersebut kami kelola secara aktif untuk memberikan kinerja yang menarik bagi investor," ujar Chief Executive Officer Eastspring Investments Indonesia Riki Frindos dalam market outlook, Senin (7/3).
Produk ini juga berinvestasi pada saham-saham tema tertentu atau thematic sebagai topping guna memberikan potensi peningkatan return tambahan.
Menilik fund factsheet Februari 2016, reksadana ini memiliki kebijakan investasi leluasa memutar 80% hingga 100% pada efek bersifat ekuitas. Di mana, maksimal 20% portfolio dari efek ekuitas dialokasikan sebagai topping maksimal 10 saham dengan thematic melalui stock picking.
Sedangkan sisanya maksimal 20% bisa diputar pada pasar uang dalam negeri. Berdasarkan alokasi aset, mayoritas atau sekitar 97,57% diputar pada saham. Adapun porsi kas atau pasar uang hanya berkisar 2,43%.
Sebagian besar aset dasar produk ini ditempatkan pada saham sektor consumer staples sebesar 32,88%, sekitar 28,82% pada sektor financials, sekitar 11,47% pada consumer discretionary, sekitar 9,46% pada telecom services serta sekitar 6,8% pada sektor energy. Kemudian, sekitar 6,10% pada sektor industrials, sekitar 2,05% pada sektor materials dan kas sekitar 2,43%.
Lima efek besar dalam portfolio antara lain saham Bank Central Asia, saham Gudang Garam dan saham Hanjaya Mandala Sampoerna. Juga, saham Telekomunikasi Indonesia dan saham Unilever Indonesia.
Dengan strategi tersebut, produk ini mampu membagikan return 6,12% secara year to date (YTD) 4 Maret 2016. Kinerja tersebut di atas indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sekitar 5,61% pada periode yang sama.
Produk yang ditawarkan 29 Mei 2013 itu mengutip biaya pembelian maksimal 3% per transaksi. Biaya penjualan dikenakan maksimal 2% per transaksi dan biaya pengalihan maksimal 1% per transaksi.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo memperkirakan produk ini masih akan berkinerja kinclong tahun ini. "Sebab, sepanjang dua tahun terakhir kinerja reksadana tersebut cukup konsisten," ujar Beben.
Analisis Beben, kinerja reksadana ini akan ditopang oleh aset dasar berupa saham sektor perbankan, konsumsi dan infrastruktur. Di mana, saham infrastruktur masih akan berkinerja positif seiring fokusnya pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur.
"Dengan demikian, sektor Perbankan juga akan diuntungkan karena menjadi sumber pendanaan pembangunan infrastruktur," papar Beben.
Demikian juga dengan sektor lainnya seperti Telekomunikasi yang akan positif akibat fokus pemerintah dalam meningkatkan sektor telekomunikasi dalam negeri. Di sisi lain, kebutuhan internet atau kuota internet saat ini juga menjadi satu kebutuhan.
"Kurs rupiah yang mulai terlihat stabil atau cenderung menguat juga memberikan sentimen positif terhadap kinerja keuangan bagi emiten telekomunikasi," kata Beben.
Sementara itu, sektor Konsumsi merupakan sektor defensive. Sektor ini akan disumbang dari tingginya jumlah penduduk Indonesia.
"Meski demikian, reksadana ini akan menghadapi tantangan adanya pembatasan margin oleh OJK. Bukan hanya itu saja, kinerja HMSP, UNVR serta TLKM dikhawatirkan penguatannya terlalu premature sehingga rawan terjadi terkoreksi yang cukup dalam," kata dia.
Dia memperkirakan produk ini akan berkinerja dikisaran 11,4%-14,82% hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News