Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua hari perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2018, investor asing mencatat aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 514, 37 miliar. Meski demikian, analis melihat masih ada beberapa faktor risiko yang bisa mengubah haluan pergerakan asing di pasar saham sepanjang 2018.
Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani melihat, pergerakan asing di bursa saham Indonesia sering kali dibarengi momentum. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian di negara masing-masing. “Kalau bicara aksi beli, potensi aksi beli sebenarnya ada melihat kondisi makro Indonesia juga cukup menarik,” tutur Riska.
Momentum yang bisa menggerakkan asing menurut Riska adalah disematkannya peringkat investment grade kepada Indonesia di 2017 lalu. Di tahun lalu lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service menaikkan outlook perbankan Indonesia dari positif menjadi stabil. Ini menurut Riska mencerminkan likuiditas perbankan yang stabil.
Ditambah lagi, optimisme asing terhadap kinerja emiten di bursa saham Indonesia. “Rata-rata emiten di BEI mencatatkan kinerja yang cemerlang, saya menyoroti ekspektasi mereka terhadap rilis kinerja keuangan 2017 yang akan lebih baik. Sehingga mereka mulai berani lagi masuk ke pasar saham Indonesia,” lanjut Riska.
Sebenarnya, momentum di atas sudah bergulir sejak 2017. Namun, pada kenyataannya di 2017 lalu asing melakukan net sell sebesar Rp 39,87 triliun. Hal ini menurut Riska dipicu oleh sentiment geopolitik yang muncul di sepanjang tahun 2017. Sebagaimana diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sering kali memunculkan statement dan kebijakan kontroversial.
Bukan tak mungkin hal serupa juga kembali terjadi di 2018. Meskipun di awal tahun asing mencatatkan net buy, potensi asing untuk berbalik arah di kuartal II masih ada. “Faktor risiko net sell lebih banyak datang dari eksternal. Misalnya ada ketegangan geopolitik, reformasi pajak Amerika, serta kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed,” tutur Riska.
Namun, saat ini secara keseluruhan Riska menyebut bahwa probabilitas net buy di 2018 masih lebih besar, dengan mempertimbangkan iklim investasi Indonesia yg masih menarik dan belum dimanfaatkan asing di 2017 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News