Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Senada dengan gerakan mata uang dunia lainnya yang melemah terhadap dollar Amerika serikat (AS), rupiah kembali mengaku kalah terhadap keperkasaan mata uang Negeri Paman Sam tersebut. Hal ini tak lepas dari membaiknya neraca defisit perdagangan AS yang dirilis Rabu (3/6) malam.
Alhasil, kemarin (4/6), di pasar spot, pasangan USD/IDR naik 0,39% menjadi Rp 13.281. Seirama, kurs tengah Bank Indonesia melemah 0,35% menjadi Rp 13.243.
David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) menjelaskan, rupiah melemah lantaran data neraca defisit perdagangan AS yang membaik dari posisi sebelumnya US$ 50,6 miliar menjadi US$ 40,9 miliar per April 2015. "Jauh dari prediksi para analis yang dipatok US$ 43,9 miliar," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (4/6). Rilisnya data tersebut pun memicu asumsi The Fed akan segera mengerek suku bunga.
Selain itu, lanjut David, pasar masih menunggu data pengangguran AS yang akan dirilis Kamis (4/6) malam. Para analis memprediksi, tingkat pengangguran mereka akan membaik dari sebelumnya 282.000 orang menjadi 280.000 orang. Jika proyeksi tersebut benar bahwa jumlah pengangguran AS berkurang, David melihat, rupiah akan kembali melemah Jumat (5/6).
Agus Chandra, Analis PT Monex Investindo Futures menjelaskan, melemahnya rupiah memang masih didasari faktor eksternal. Ia memproyeksikan, sebaliknya jika data pengangguran AS buruk, rupiah masih berpeluang untuk menguat Jumat (5/6).
Hari ini, Agus melihat rupiah akan bergerak dalam rentang 13.160-13.330.Prediksi David, rupiah berpeluang melemah dalam rentang 13.200-13.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News