kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nasib Indeks Dolar AS Jelang Rapat The Fed


Jumat, 27 Januari 2023 / 18:25 WIB
Nasib Indeks Dolar AS Jelang Rapat The Fed
ILUSTRASI. Indeks dolar AS dalam tren penurunan


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa minggu terakhir berada dalam tren penurunan. Indeks dolar AS bahkan turun 0,01% ke 101,83 pada pukul 17.25 WIB, hari ini (27/1).

Penurunan indeks dolar AS itu terjadi di tengah perlambatan PDB AS pada kuartal IV-2022 yang turun ke 2,9% dari 3,2% pada kuartal III-2022.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, sejumlah data ekonomi AS sebenarnya tercatat melebihi ekspektasi pasar.

Tak hanya data PDB, Alwi bilang, ada Durable Goods Order juga terlihat membaik, yakni tumbuh 5,6% pada Desember 2022. Angka tersebut di atas ekspektasi tumbuh, yakni sebesar 2,4%. Bahkan, bulan November 2022, Durable Goods Order kontraksi 1,7%.

Lalu, data ketenagakerjaan AS, di mana unemployment claim yang tadinya diperkirakan naik sekitar 203.000, ternyata justru turun ke 186.000.

Data yang juga cukup menggembirakan ada di sektor perumahan. Alwi mengatakan, Home Sales AS mengalami peningkatan sejumlah 616.000 unit.

Baca Juga: Emiten Ritel Elektronik Memiliki Prospek Cerah Pasca-Reopening di China

“Data-data itu berhasil mendongkrak dolar. Meskipun masih bertahan di level terendah dalam 8 bulan, tetapi dengan data tersebut, indeksnya masih terbantu stabil,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (27/1).

Menurut Alwi, pasar sebenarnya tinggal menunggu validasi dari The Fed. Pasar, juga belum mengapresiasi data-data tersebut karena masih ada kekhawatiran akan terjadinya resesi.

“Misalnya, sektor teknologi di AS sudah melakukan PHK. Data-data baik akhirnya hanya meredam penurunan indeks dolar AS, tetapi belum sepenuhnya mengangkat indeks dolar itu sendiri,” ungkapnya.

Alwi memaparkan, penurunan indeks dolar AS juga disebabkan adanya sinyal pelemahan sektor jasa maupun manufaktur yang mengalami kontraksi. Sehingga, ekspektasi pasar menjadi turun soal kenaikan suku bunga The Fed secara agresif.

Pasar, bahkan melihat probabilitas The Fed hanya akan menaikkan suku bunga di bawah 5%.

“Ekspektasi yang berkembang di pasar saat ini siklus kenaikan suku bunga The Fed mungkin akan berakhir pada 4,75% - 5 %. Kenaikan itu kemungkinan akan terjadi di bulan Juni 2023,” paparnya.

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 14.986 Per Dolar AS Pada Hari Ini (27/1)

Menurut Alwi, ekspektasi itu melawan proyeksi The Fed sendiri yang masih melihat suku bunga harus naik di atas 5%. Hal itu tercermin dari Wakil Ketua The Fed Lael Brainard yang mengatakan bahwa kebijakan moneter harus tetap ketat sampai bisa membawa inflasi AS ke target 2%.

Hal itu yang dinilai akan menjadi penentu di rapat The Fed minggu depan, apakah akan tetap kekeuh menaikkan suku bunga di atas 5% atau malah justru merespons keinginan pasar agar suku bunga bisa di bawah 5%.

“Ini akan jadi penentu apakah indeks dolar AS akan rebound atau melanjutkan penurunan. Pasar ingin melihat seberapa hawkish atau dovish komentar dari para pejabat The Fed,” paparnya.

Sementara, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, pertumbuhan ekonomi positif seharusnya bisa menaikkan indeks dolar AS. Namun, nyatanya ada faktor lain yang menyebabkan indeks dolar AS justru menurun, seperti kebijakan geopolitik.

“Kemarin malam Presiden AS Joe Biden mengatakan akan mengirimkan 31 tank ke Ukraina. Itu akan membuat market menjadi agak sedikit berhati-hati, karena akan membuat risiko geopolitik makin tinggi. Lalu, ketidaksukaan market terhadap AS juga bisa makin tinggi,” paparnya kepada Kontan, Jumat (27/1).

Selain itu, kata Fikri, hal lain yang menyebabkan indeks dolar AS turun yakni data Reserve Asset AS yang menurun, dari US$ 3100 triliun ke US$ 3000 triliun pada Desember 2022.

Menurut Fikri, hal itu akan menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa perang akan berlanjut di tengah penurunan Reserve Asset AS.

“Jika Reserve Asset mengecil, aset pemerintah AS berarti mengecil. Jika Reserve Asset AS kecil, kemungkinan bank sentral akan kembali mencetak uang.  Itu yang dikhawatirkan pasar,” ujarnya.

Fikri mengatakan, indeks dolar AS bisa saja naik pada pekan depan jika kepercayaan pasar bisa kembali. Artinya, data-data ekonomi AS harus kuat untuk kembali meyakinkan pasar.

“Lalu, jika memang nanti The Fed sangat hawkish, itu bisa meningkatkan indeks dolar AS. Kalau less hawkish seperti sekarang, saya pikir USD Index akan tetap ditinggalkan,” paparnya.

Alwi memperkirakan indeks dolar AS pekan depan ada pada rentang 101.30 - 103.00. Sementara, Fikri memprediksi indeks dolar AS pekan depan ada di kisaran 100 – 103.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×