kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Naiknya yield obligasi AS jadi alasan pelemah rupiah pada pekan ini


Jumat, 22 Januari 2021 / 17:09 WIB
Naiknya yield obligasi AS jadi alasan pelemah rupiah pada pekan ini
ILUSTRASI. Seorang teller PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menghitung uang pecahan Rp100 ribu di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (19/12/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk tenor 10 tahun, dinilai masih jadi sentimen yang mendominasi pelemahan rupiah sepekan terakhir. Mengingat, naiknya yield US Treassury ikut mendorong penguatan indeks dollar Amerika Serikat (AS).  

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (22/1) rupiah ditutup koreksi 0,25% ke level Rp 14.035 per dollar AS, atau melemah 0,11% dari catatan pekan lalu yang berada di level Rp 14.020 per dollar AS (15/1). 

Sedangkan data kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) mencatatkan menguat 0,10% ke level Rp 14.054 per dollar AS dalam sepekan. 

Baca Juga: Rupiah spot melemah 0,25% ke Rp 14.035 per dolar AS di akhir perdagangan Jumat (22/1)

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, rupiah sepekan ditutup sedikit melemah dari level pekan lalu, dimana sentimen eksternal masih mendominasi pergerakan mata uang Garuda sepekan terakhir. 

"Kenaikan yield ini karena ekspektasi pemulihan ekonomi AS dan kenaikan tingkat inflasi AS di masa yang akan datang," jelas Ariston kepada Kontan, Jumat (22/1). 

Ditambah lagi, sentimen terkait dana stimulus besar yang bakal dikucurkan kembali oleh pemerintahan baru Presiden terpilih AS Joe Biden, turut memicu harapan pasar terhadap pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut. 

Di sisi lain, Ariston mengungkapkan rencana stimulus besar AS juga sempat memicu penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (21/1). Alhasil, pelemahan rupiah berhasil tertahan pada perdagangan akhir pekan ini (22/1).

Baca Juga: January effect segera berakhir, hati-hati koreksi IHSG

"Pekan depan, sentimen terkait yield, rencana stimulus besar AS, kenaikan kasus Covid-19 masih akan membayangi pergerakan harga (rupiah)," tambah Ariston.

Selain itu, dia menilai pasar global juga masih menantikan hasil rapat Bank Sentral AS (The Fed) terkait kebijakan moneternya di Kamis (28/1). 

Dengan begitu, Ariston memprediksi adanya ruang pelemahan bagi rupiah jika The Fed lebih optimistis terhadap kondisi ekonomi AS ke depan. Prediksinya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.950 per dollar AS hingga Rp 14.150 per dollar AS pekan depan.

Selanjutnya: Rupiah Jisdor melemah 0,11% ke Rp 14.054 per doalr AS pada hari ini (22/1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×