kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.074.000   -12.000   -0,58%
  • USD/IDR 16.499   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.699   70,40   0,92%
  • KOMPAS100 1.077   10,50   0,99%
  • LQ45 782   12,20   1,58%
  • ISSI 264   0,53   0,20%
  • IDX30 406   6,07   1,52%
  • IDXHIDIV20 472   4,64   0,99%
  • IDX80 119   1,25   1,07%
  • IDXV30 129   -1,04   -0,80%
  • IDXQ30 132   1,79   1,38%

NAB Reksa Dana Capai Rp 554,26 Triliun per Agustus 2025, Ini Faktor Pendorongnya


Rabu, 10 September 2025 / 21:03 WIB
NAB Reksa Dana Capai Rp 554,26 Triliun per Agustus 2025, Ini Faktor Pendorongnya
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis. Nilai aktiva bersih (NAB) atau asset under management (AUM) reksa dana naik signifikan per Agustus 2025. ?


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai aktiva bersih (NAB) atau asset under management (AUM) reksa dana naik signifikan per Agustus 2025. 

Jika dilihat dari awal tahun, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NAB reksa dana senilai Rp 554,26 triliun per Agustus 2025. Angka ini tumbuh signifikan dari Rp 500,90 triliun per Januari 2025

Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengungkapkan pendorong utama kenaikan ini adalah kinerja positif reksa dana pendapatan tetap.

Ia menyebut, kenaikan ini tidak lepas dari kondisi pasar. Menurutnya, volatilitas di pasar saham membuat investor lebih banyak beralih ke reksa dana berbasis obligasi, baik surat utang negara (SUN) maupun korporasi. 

Baca Juga: Obligasi Bussan Auto Finance Senilai Rp 1,3 Triliun Akan Jatuh Tempo Desember 2025

“Ketika saham sangat volatil, reksa dana pendapatan tetap jadi lebih menarik. Kinerjanya bahkan bisa dua kali lipat deposito,” ungkap Wawan kepada Kontan, Rabu (10/9/2025)..

Selain itu, ia menjelaskan tren penurunan suku bunga tahun ini juga menjadi katalis positif. Penurunan bunga mendorong harga obligasi naik, sehingga kinerja reksa dana pendapatan tetap ikut terkerek. 

“Sejak awal tahun tren ini sudah terlihat, dan Agustus menjadi salah satu bulan dengan lonjakan paling tinggi, sekitar 11%–12%,” jelasnya.

Wawan menambahkan, mayoritas kenaikan tersebut ditopang investor ritel melalui produk yang dipasarkan lewat bank maupun agen penjual efek reksa dana (APERD). 

“Institusi, termasuk asuransi juga bisa masuk. Tapi kalau saya lihat, yang paling besar justru dari produk yang dijual lewat bank,” katanya.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Bersikap Tegas Atas Serangan Israel di Timur Tengah

Selanjutnya: Bali Dilanda Banjir Terparah, Ini Penyebabnya!

Menarik Dibaca: Prediksi Semen Padang vs PSBS Biak Numfor (11/9): Tuan Rumah Siap Curi Poin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×