Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sepekan belakangan, isu pergantian direktur utama (dirut) PT Garuda Indonesia Tbk (Garuda Indonesia) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencuat. Gara-garanya adalah: agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia.
Jika tak ada aral melintang, Rabu 12 September ini, Garuda Indonesia akan mengadakan RUPSLB. Salah satu agenda yang tercantum adalah pergantian direksi perusahaan ini. Apalagi, Dirut Garuda Indonesia Pahala Mansury juga mengaku sudah siap diganti. “Kalau namanya ditugaskan, harus siap kalau misalnya diganti,” ujar Pahala, Senin (10/9).
Mengaku tak mengetahui jajaran direksi yang akan diganti, Pahala mengatakan kalau jajaran manajemen maskapai milik negara ini masih berkutat memperbaiki kinerja. Pasalnya, sepanjang semester I 2018, perusahaan penerbangan milik negara yang mejeng di bursa saham dengan kode saham GIAA ini masih mencatatkan kerugian sebanyak US$ 114 juta.
Meski masih merugi, kerugian bersih GIAA ini sejatinya berhasil turun sebesar 60% dibandingkan dengan kinerja tahun 2017 yang merugi US$ 2854 juta. Penyokong membaiknya kinerja GIAA semester I 2018 adalah kenaikan pendapat perusahaan ini yang naik 5,9% dari US$ 1,8 miliar di akhir 2017 menjadi US$ 1,9 miliar.
Seturut dengan agenda RUPLB Garuda Indonesia, menyeruak kabar kalau mantan direktur keuangan PT Bank Mandiri Tbk ini akan menggantikan Dirut PLN Sofyan Basyir yang kini mondar mandir ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus suap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Riau I. Sejumlah pejabat teras Partai Golkar seperti Idrus Marham, Enny Saragih bahkan sudah menjadi tersangka dalam kasus PLTU Riau I, selain pengusaha gaek Johannes Budisutrisno Kotjo.
Sayangnya, sejumlah pejabat Kementerian BUMN belum satupun menjawab pesan pendek maupun mengangkat sambungnya telepon dari KONTAN. Hanya kabar yang masuk ke KONTAN, beberapa nama yang disebut-sebut akan mengganti Pahala antara lain: Dirut Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Dirur Pelabuhan Indonesia III.
Setahun belakangan, Kementerian BUMN memang acap mengganti bidak di sejumlah perusahaan negara dengan mengganti manajemen perusahaan. Alasannya demi meningkatkan kinerja perusahaan milik negara.
Yang paling baru, Senin 10 September 2018 lalu semisak, Kementerian BUMN mengganti Dirut Perusahaan Gas Negara (PGAS) Jobi Trinanda Hasjim dengan Gigih Prakoso. Gigih selama ini menjadi steering comitee dari proses Integrasi PT Pertamina, PT Pertagas dan serta PGAS.
Sebelumnya, BUMN juga mengotak atik direksi PT Jasa Marga Tbk. Lewat RUPSLB, pemerintah mengganti Kushartanto dari jabatan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum dengan Alex Denni, Chief Human Capital Officer di PT Bank Negara Indonesia Tbk. Tak hanya itu saja, Refly Harun juga harus lengser sebagai Komisaris Utama/Komisaris Independen digantikan Sapto Amal Damandaru. Adapun Boediarso Teguh Widodo juga harus lengser dari komisaris digantikan oleh Anita Firmanti Eko Susetyowati.
Masih di bulan September, Kementerian BUMN juga mengutak-atik direksi PT Krakatau SteelTbk (KRAS). Silmy Karim menggantikan Mas Wigrantoro Roes Setiyadi sebagai direktur utama belum lama ini. Sebelumnya, KRAS juga bersulih sejumlah direksi yakni direktur keuangan dan direkstur SDM.
Masih dalam hitungan setahun belakangan, Kementerian BUMN juga sudah merotasi direksi di sejumlah direksi di BUMN karya, mulai di PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP) serta PT Adhi Karya Tbk (PT ADHI). Saat ini, Kementerian BUMN juga beralasan rotasi yang terjadi di sejumlah BUMN karya untuk penyegaran dan meningkatkan kinerja BUMN.
Nah, apakah pergantian direksi Garuda dalam RUPSLB Rabu juga untuk meningkatkan kinerja maskapai penerbangan tersebut? Mari kita tunggu jawabannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News