kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Musim dingin ekstrem di AS memompa harga gas alam


Sabtu, 13 Januari 2018 / 09:57 WIB
Musim dingin ekstrem di AS memompa harga gas alam
ILUSTRASI. Gas alam LNG


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam dalam menanjak setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan penurunan stok gas alam yang besar pada minggu lalu. Musim dingin ekstrem di Amerika Serikat masih berpeluang mengangkat harga gas alam pada awal tahun ini.

Jumat (12/1) per pukul 17.08 WIB, harga gas alam pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik 0,87% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 3,11 per mmbtu. Sejak awal tahun, harga melambung 5,35%.

Harga gas alam naik merespons rilis data EIA pada Kamis (11/1), yang menyatakan pada pekan pertama tahun ini pasokan gas alam AS turun 359 miliar kaki kubik. Dengan demikian, total pasokan di AS tercatat 2,76 triliun kaki kubik, turun 17,64% dari periode sama setahun lalu.

Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, harga gas alam juga naik karena tingginya permintaan dari Amerika Serikat (AS). Tingginya kebutuhan gas alam untuk rumah tangga di AS selama musim dingin menjadi sentimen utama penggerak harga komoditas ini. "Konsumsi AS naik karena cuaca dingin berkepanjangan," kata Andri, Jumat (12/1).

Selain itu, harga gas alam juga naik karena laporan impor gas alam China. Data General Administration of Custom China menunjukkan impor gas alam cair (LNG) China Desember lalu naik 20% jadi 7,89 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Sedang sepanjang 2017, impor LNG China naik 27% jadi 68,57 juta ton.

Selanjutnya bila China terus menerapkan kebijakan rendah polusi dan mengalihkan sumber energi ke gas alam, maka terdapat peluang reli harga lagi. "Jika China meningkatkan impor gas alam, maka bisa jadi tambahan katalis positif, selain sentimen cuaca," jelas Andri. China mengurangi kegiatan tambang batubara, akibatnya terdapat potensi pergeseran permintaan komoditas energi dari batubara ke gas alam.

Secara teknikal, harga gas alam menunjukkan sinyal beli pada indikator moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Relative strength index (RSI) dan moving average convergence divergence (MACD) juga positif.

Hanya indikator stochastic yang memberi sinyal netral. "Teknikal masih kuat, tapi menurut saya, Senin bakal koreksi karena harga sudah naik tinggi," jelas Andri.

Andri memperkirakan, harga gas alam Senin (15/1) akan bergerak di kisaran US$ 3,09–US$ 3,16 per mmbtu. Sepekan ke depan, harga akan bergerak antara US$ 3,17–US$ 3,18 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×