kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mudahkan akses pengiriman produk kesehatan, anak usaha KLBF dirikan perusahaan baru


Rabu, 08 September 2021 / 15:25 WIB
Mudahkan akses pengiriman produk kesehatan, anak usaha KLBF dirikan perusahaan baru
ILUSTRASI. Obat-obatan produksi PT Kalbe Farma Tbk. Mudahkan akses pengiriman produk kesehatan, anak usaha KLBF dirikan perusahaan baru.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui anak usahanya, yakni PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) dan PT Global Chemindo Megatrading mendirikan perusahaan baru bernama PT Mostrans Global Digilog (MGD) pada 2 September 2021.

Perusahaan ini memiliki modal dasar Rp 80 miliar dengan modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 20 miliar. 

Sebelumnya, Kalbe Farma juga melakukan penyertaan modal sebesar 5,58 miliar Korea Won atau setara Rp 70,1 miliar di SL Pogen Inc (SLP), produsen vaksin asal Korea Selatan. SLP adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh Genexine Inc Korea dan Postech Holdings Co Ltd pada Desember 2016 yang berfokus pada pengembangan DNA vaksin untuk pasien dengan pengobatan spesifik.

Direktur Kalbe Farma, Bernadus Karmin Winata, mengatakan, pendirian Mostrans Global Digilog bertujuan untuk memberikan kemudahan akses pengiriman dan rantai pasokan produk kesehatan, khususnya dari segi transportasi. Mengingat, transportasi produk kesehatan membutuhkan kendaraan yang khusus alias tidak bisa disatukan dengan produk-produk consumer goods lainnya.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) akan pasarkan vaksin Covid-19 di Indonesia dan Asia Tenggara

Bernadus menjelaskan, Mostrans akan dikembangkan untuk menjadi platform bagi semua pemilik transportasi alat kesehatan, khususnya yang berada di wilayah Indonesia. Dengan begitu, para pemilik alat transportasi ini bisa memperoleh pesanan pengiriman melalui platform tersebut. 

Selanjutnya, penyertaan modal yang Kalbe Farma lakukan di SLP bertujuan agar Kalbe Farma memiliki penguasaan teknologi di bidang farmasi. Bernadus menuturkan, SLP akan dikembangkan menjadi perusahaan yang mampu memproduksi dan menerima kontrak manufaktur dari pihak luar.

"Teknologi yang dikembangkan di SLP pada suatu saat juga akan dengan mudah kami bawa ke Indonesia," kata Bernadus dalam acara konferensi pers secara virtual, Rabu (8/9).

Ia menekankan, berbagai investasi yang digelontorkan merupakan bagian dari inovasi dan riset Kalbe Farma demi mempersiapkan kebutuhan yang akan hadir pada masa mendatang. Pasalnya, secara historis, banyak hal-hal yang sebelumnya tidak terlalu dilirik oleh banyak orang di dunia kesehatan, tetapi justru menjadi hal yang diperlukan di masa sekarang.

Ke depannya, Kalbe Farma juga masih akan membuka peluang investasi lainnya. Menurut Bernadus, total aset Kalbe Farma per akhir Juni 2021 yang sebesar Rp 23 triliun dengan ekuitas Rp 19 triliun, serta posisi kas setara kas hampir Rp 5 triliun membuat Kalbe Farma memiliki keleluasaan untuk berinvestasi.

Baca Juga: Saham UNVR, HMSP, CPIN punya profitabilitas tinggi, ini rekomendasi analis

"Kalau kita bicara investasi Rp 100 miliar, Rp 200 miliar, atau sampai Rp 1 triliun, tidak ada kesulitan bagi Kalbe Farma untuk menggunakan kas internalnya," ucap Bernadus.

Kalau membutuhkan dana investasi yang lebih besar, Bernadus juga yakin Kalbe Farma masih mampu mencari pendanaan eksternal karena posisi neraca keuangan yang sangat solid.

Pada tahun 2021, Kalbe Farma menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun. Menurut Corporate Secretary and Investor Relations Kalbe Farma, Lukito Kuniawan Gozali, Kalbe Farma sudah menyerap Rp 235 miliar capex pada semester I 2021 yang digunakan untuk perawatan pabrik dan mesin-mesin.

"Hingga akhir tahun, kami memperkirakan capex maintenance untuk 15 fasilitas produksi dapat mencapai Rp 300 miliar-Rp 400 miliar. Sisanya untuk beberapa investasi tapi secara size tidak akan besar seperti tahun-tahun sebelumnya," tutur Lukito.

Selanjutnya: Indonesia belum bisa dibilang aman walau kasus Covid-19 perlahan melandai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×