kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Momentum harga CPO yang tak kunjung tiba


Minggu, 29 Maret 2015 / 20:29 WIB
Momentum harga CPO yang tak kunjung tiba
ILUSTRASI. Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/9/2023). BPS mencatat pada kuartal II-2023 ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen, dimana pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) konsisten melandai. Lemahnya permintaan ditambah rencana pemberlakuan kembali bea keluar CPO tidak memberikan kesempatan bagi komoditas ini untuk menguat.

Mengutip Bloomberg, Jumat (27/3), kontrak CPO pengiriman bulan Juni di Malaysia Derivatives Exchange berada di level RM 2.169 per metrik ton. Harga tergelincir 1,04% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga CPO tergerus 0,41%.

Sentimen negatif masih bertahan mengikuti pergerakan CPO. Penurunan harga minyak turut menyeret pelemahan CPO. Di sisi lain, pemerintah Malaysia berencana menaikkan pajak ekspor (bea keluar) pada bulan April sebesar 4,5%. Kondisi ini kian membebani harga CPO.

“Kejatuhan CPO mengikuti harga minyak mentah dan murahnya harga kedelai. Pedagang sedang menunggu harga di tingkat bawah untuk melakukan permintaan,” kata Vijay Mehta, Direktur Commodity Links yang dihubungi Bloomberg via telepon.
Untuk diketahui, kontrak kedelai bulan Mei turun 0,2% menjadi US$ 9,72 per bushel.

Ariana Nur Akbar, Educator & Market Analyst, Education Division PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO masih kesulitan bangkit dalam jangka panjang. Sebab, masih rapuhnya permintaan dari importir terbesar seperti China dan India. Sekedar mengingatkan, data HSBC manufaktur PMI China bulan Maret hanya mencetak angka 49,2. Angka ini lebih rendah dari estimasi 50,5. Aktivitas manufaktur di bawah level 50 menunjukkan ekonomi China dalam keadaan kontraksi. Kondisi ini dikhawatirkan ikut menggerus permintaan dari China.

“Meski pajak ekspor CPO sempat dipangkas mendekati nol persen, nyatanya harga CPO tak kunjung terangkat. Ini lantaran permintaan dari China dan India sedang lesu,” ujar Ariana.

Di sisi lain, harga CPO terbentur oleh komoditas substitusinya yaitu minyak kedelai. Saat ini, produktivitas minyak kedelai sedang mencapai puncaknya. Kondisi ini mengakibatkan harga minyak kedelai relatif lebih murah dibanding CPO. Inilah yang menyebabkan investor beralih ke minyak kedelai.

Ariana menduga CPO dalam sepekan mendatang bergerak pada rentang harga RM 1.980-RM 2.450 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×