Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) berpotensi melesat setelah beban operasi berkurang dengan ditutupnya semua gerai Lotus dan Debenhams. Apalagi tahun depan, analis memprediksi daya beli masyarakat akan membaik. Ini dapat memberikan peluang bagi MAPI untuk mencetak laba lebih baik.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, MAPI berhasil mencetak kenaikan pendapatan 13,51% menjadi Rp 11,7 triliun secara year on year (yoy). Sementara laba bersih periode berjalan naik 106,57% yoy menjadi Rp 255,64 miliar.
Adeline Solaiman, analis Danareksa Sekuritas, mengatakan, laba kotor MAPI tumbuh karena margin kotor juga berkembang. "Bisnis pendorongnya adalah speciality store seperti Zara dan bisnis food & beverages yang performanya mulai membaik," kata Adeline, Kamis (9/11).
Selain itu, Adeline juga melihat ada beban operasi yang menurun karena MAPI melakukan efisiensi. Efisiensi pada penyewaan ruang menjadi yang paling signifikan. Penutupan department store yang performanya tidak bagus juga memberi dampak positif.
Secara bisnis, Adeline menilai keputusan MAPI menurutup gerai yang tidak memberikan kinerja baik adalah suatu langkah yang tepat dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi manajemen sejak awal tahun.
Senada, Stevanus Juanda, analis UOB Kay Hian, mengatakan, ditutupnya Lotus dan Debenhams karena kinerja yang kurang baik bisa meningkatkan profit pada segmen department store. "Meski dalam jangka pendek, ada risiko write off inventory karena penutupan gerai-gerai tersebut," kata Stevanus dalam risetnya, Rabu (8/11).
Stevanus mencatat laba bisnis specialty store sebelum pajak tumbuh sebesar 71,2% yoy menjadi Rp 134 miliar pada kuartal III-2017. Sementara kerugian MAPI di bidang department store sebelum pajak sebesar Rp 43 miliar di periode yang sama. Sedangkan bisnis makanan dan minuman mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 49 miliar di kuartal III-2017.
Proyeksi 2018
Melihat kondisi daya beli masyarakat di industri ritel yang melemah tahun ini, Adeline mengatakan bisnis MAPI yang menyasar ekonomi menengah ke atas sebenarnya tidak terlalu besar terkena imbasnya. "Hampir setiap segmen bisnis terkena efek daya beli yang turun, terutama bisnis yang menyasar low end," kata Adeline.
Sementara imbas maraknya e-commerce, dinilai belum terlalu terasa. Apalagi, penetrasi belanja daring belum signifikan, hanya 1%–2% dari total valuasi ritel di Indonesia.
Adeline optimistis, daya beli masyarakat akan membaik di 2018. Hal tersebut didorong oleh harga komoditas yang akan membaik. Dus, perusahaan yang banyak mencatatkan penjualan di luar Pulau Jawa akan membukukan kinerja yang membaik.
Daya beli juga akan meningkat karena perhelatan politik pemilihan kepala daerah dan jelang pemilihan presiden. Ditambah inflasi yang diprediksi masih terjaga di level rendah, MAPI berpeluang meraih kinerja yang lebih baik di tahun depan.
Hanya saja, Adeline mengatakan MAPI perlu merencanakan segmen bisnis pendorong utama yang baru. "Mau sampai kapan bisnis food and beverage jadi key driver bagi gross MAPI?" ujar Adeline.
Begitu juga dengan, segmen department store, harus memiliki batas waktu hingga kapan berpeluang memberikan keuntungan yang stabil. Maklum, lama-lama kontribusinya tak lagi terlalu signifikan.
Meski begitu, Adeline masih merekomendasikan buy saham MAPI dengan target harga Rp 8.100 per saham. Ia memprediksi laba bersih MAPI tahun depan naik 31% mencapai Rp 497 miliar dan pendapatan naik 14,9% menjadi Rp 18,6 triliun.
Stevanus pun merekomendasikan buy MAPI dengan target Rp 7.800 per saham. Laura Taslim, analis Mandiri Sekuritas, merekomendasikan buy dengan target Rp 8.000 per saham. Kamis (9/11), harga MAPI naik 1,56% jadi Rp 6.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News