Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup 2,07% ke level 5.930,76 pada perdagangan Senin (7/12). IHSG pun diyakini akan menguat pada Desember ini.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menyebut, IHSG selalu membukukan kenaikan bulanan di bulan Desember setiap tahunnya sejak tahun 2001, dengan rata-rata kenaikan bulanan sebesar 4,43%.
Mirae Asset Sekuritas memasang target IHSG hingga akhir tahun 2020 di level 5.900.
Untuk tahun depan, Mirae Asset memiliki tiga skenario IHSG. Pertama adalah skenario dasar (base case scenario), dimana IHSG di akhir 2021 akan bertengger di level 6.880 atau sekitar 17% potensi upside.
Skenario ini seiring dengan pemulihan pertumbuhan pendapatan dan preferensi investor terhadap ekuitas di pasar negara berkembang. Skenario dasar ini mengasumsikan pertumbuhan pendapatan IHSG pada 2021-2022 masing-masing 25,0% dan 16,0% secara tahunan (dibandingkan pertumbuhan pendapatan IHSG di 2020 yakni-24,0% secara tahunan) dan target price to earnings (P/E) IHSG sebesar 16,5 kali.
Baca Juga: IHSG hampir sentuh 6.000 pada perdagangan Senin (7/12), asing net buy Rp 432 M
Skenario kedua adalah bull case, dimana target IHSG akhir 2021 berada di level 7.150 dengan potensi kenaikan sekitar 21%. Skenario bull case ini mengasumsikan pertumbuhan pendapatan IHSG pada 2021-2022 masing-masing 30,0% dan 16,0% secara tahunan dengan target P/E IHSG sebesar 16,5 kali.
Skenario ini akan terwujud jika pertumbuhan laba IHSG di akhir 2021 melonjak hingga 30,0% dan mencapai tingkat pendapatan sebelum IHSG dilanda Covid-19.
“Juga realisasi omnibus law dalam mendorong penanaman modal asing (FDI) di Indonesia lebih cepat dari yang diharapkan,” terang Hariyanto dalam riset, Senin (7/12).
Skenario ketiga merupakan bear case dimana target IHSG di akhir 2021 adalah 5.150 dengan potensi penurunan sekitar 12%. Skenario bear case ini mengasumsikan pertumbuhan pendapatan IHSG 2021-2022 masing-masing hanya 10,5% dan 16,0% secara tahunan dan target P/E IHSG sebesar 14,0 kali.
Skenario bearish ini akan terjadi jika pemulihan pendapatan pada akhir 2021 lebih lemah dari yang diharapkan karena penanganan pandemi Covid-19 membutuhkan waktu lebih lama serta aliran keluar asing dari pasar ekuitas Indonesia terus berlanjut.
Di sisi lain, Mirae Asset meyakini ketidakpastian secara bertahap mulai memudar didukung oleh pengembangan vaksin Covid-19 dan hasil pemilihan Presiden AS yang menemui titik terang. Dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS diharapkan mampu menjaga stabilitas geopolitik. Oleh karena itu, Mirae Asset berekspektasi adanya peralihan investor dari saham defensif ke saham siklikal dan value stocks.
Mirae Asset membeberkan, ada sejumlah sektor yang bisa dicermati investor.
Yang pertama adalah sektor perbankan. Mirae Asset menyebut saham bank-bank besar sebagai saham bernilai yang seharusnya bisa unggul pada tahun 2021. Hal ini didukung oleh perbaikan fundamental bank-bank besar, arus dana asing yang masuk ke sektor perbankan, dan valuasi yang tidak terlalu tinggi.
Selanjutnya adalah sektor pertambangan logam, khususnya pertambangan yang berhubungan dengan nikel. Harga nikel yang melaju diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2021, didukung oleh permintaan yang lebih tinggi untuk produksi baja, terutama dari China. Selain itu, ada antisipasi peningkatan permintaan nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Baca Juga: IHSG menguat 2,07% ke 5.930 di perdagangan Senin (7/12), asing beli BBCA, BBRI, SMMA
Selain itu, sektor perkebunan khususnya crude palm oil (CPO) juga atraktif karena harga CPO yang menguntungkan akan berlanjut setidaknya hingga semester pertama 2021. Kenaikan harga CPO ini merupakan kombinasi dari gangguan pasokan produksi dua minyak nabati terbesar, yaitu CPO dan minyak kedelai karena fenomena cuaca La Nina.
Selain itu ada pula permintaan minyak sawit yang lebih tinggi dari India sebagai pembeli minyak sawit terbesar di dunia karena pajak impor minyak sawit yang lebih rendah menjadi 27,5% (dari sebelumnya 37,5%) dan pemulihan bertahap terhadap daya beli masyarakat India.
Sektor pertambangan batubara juga menarik seiring meningkatnya konsumsi listrik China pada tahun 2021 pasca efek pandemi Covid-19 pada awal 2020. Meskipun secara musiman konsumsi listrik China akan lebih tinggi pada semester kedua daripada semester pertama, Mirae Asset meyakini bahwa konsumsi listrik pada 2021-2022 akan mengungguli angka konsumsi tahun 2020.
Sebagai gambaran, output dari pembangkit listrik batubara berkontribusi 76,4% terhadap total output listrik di China pada tahun 2019. Secara keseluruhan, setiap peningkatan konsumsi listrik di Negeri Panda tersebut akan meningkatkan konsumsi batubara global.
Selanjutnya: Wow! IHSG melejit 1,67% ke 5.907 pada akhir sesi pertama Senin (7/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News