Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi turun dua dari tiga skenario Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir tahun ini.
Dalam risetnya, Senin (11/7), analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya, Emma A. Fauni, dan Jennifer A. Harjono merevisi turun target IHSG untuk base case scenario ke level 7.400 dari sebelumnya 7.600. Penurunan ini dengan memperhitungkan beberapa penilaian, di antaranya kenaikan suku bunga di tengah pengetatan kebijakan moneter di seluruh dunia.
Skenario base case ini mengasumsikan pertumbuhan laba IHSG pada 2022-2023 masing-masing sebesar 20,0% dan 8,0% secara year-on-year (yoy), dan target price to earnings (P/E) IHSG sebesar 13,2 kali dari sebelumnya 16,4 kali.
Mirae Asset Sekuritas juga merevisi skenario bull case menjadi 7.800 dari sebelumnya 8.000. Skenario bull case ini mengasumsikan pertumbuhan laba IHSG pada 2022-2023 masing-masing sebesar 22,0% yoy dan 12,0% yoy, dan target P/E IHSG sebesar 13,2 kali dari sebelumnya 16,4 kali.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Hari Ini, IHSG Berpotensi Menguat Terbatas
Menurut analisis Mirae Asset, skenario ini akan terwujud jika terjadi fenomena supercycle komoditas, terutama harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan batubara, bertahan pada level yang menguntungkan sepanjang tahun ini. Alhasil, kondisi ini akan mendongkrak kinerja laba emiten.
Di sisi lain, Mirae Asset mempertahankan skenario bear case untuk target IHSG akhir 2021, yakni di bawah level 6.100. Skenario bear case ini mengasumsikan pertumbuhan laba IHSG 2022-2023 masing-masing sebesar 12,0% yoy dan 8,0% yoy, dan target P/E IHSG sebesar 11,7 kali.
Menurut Mirae Asset, skenario ini bisa terealisasi jika terjadi empat faktor. Pertama, pelemahan rupiah yang tidak terkendali. Kedua, jatuhnya harga komoditas. Ketiga, pemulihan tingkat earnings di 2022 lebih lemah dari yang diharapkan. Keempat, arus keluar modal asing dari ekuitas Indonesia yang terus berlanjut.
“Pilihan sektor strategis di semester kedua 2022 adalah sektor konsumen non-siklikal, pertambangan batubara, keuangan, dan sektor industrial. Khusus untuk sektor keuangan, kami menyarankan menunggu hingga kuartal keempat 2022 sebelum mengakumulasi sektor tersebut,” tulis Hariyanto, Emma, dan Jennifer dalam riset, Senin (11/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News