kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mirae Asset Sekuritas Indonesia Memprediksi IHSG 2023 Dapat Mencapai 7.880


Rabu, 07 Desember 2022 / 10:37 WIB
Mirae Asset Sekuritas Indonesia Memprediksi IHSG 2023 Dapat Mencapai 7.880
ILUSTRASI. IHSG tahun depan berpotensi naik sekitar 11% dari posisi akhir November 2022 di 7.081.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 7.880 pada 2023. Dengan kata lain, IHSG berpotensi naik sekitar 11% dari posisi akhir November 2022 di 7.081.

Potensi kenaikan ini didukung pertumbuhan laba bersih emiten secara berkelanjutan. Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan, skenario dasar (base-case scenario) tersebut juga didukung oleh preferensi investor global pada pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Untuk sektornya, kami memiliki sektor consumer non-cyclical (barang konsumsi primer) dan financial (keuangan) karena masih akan prospektif dan dapat menjadi pilihan tahun depan,” kata Hariyanto dalam Sage Talk & Market Outlook 2023, Selasa (6/12).

Menurut dia, sektor barang konsumsi primer menarik karena margin keuntungan dan laba bersih perusahaan-perusahaan di bidang tersebut berpeluang tumbuh pada 2023. Peningkatan ini merupakan dampak positif dari lebih tingginya harga jual dibanding kenaikan
harga produk agrikultur akibat normalisasi sejak Juli 2022.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Bergerak Sideways Sebulan, Intip Rekomendasi Saham-Saham Berikut

Untuk sektor keuangan, Hariyanto memprediksi pertumbuhan laba bersih perbankan akan terus menguat pada 2023. Hal ini seiring pertumbuhan pinjaman dan margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) yang tinggi tahun depan. Turunnya beban pencadangan atau beban provisi yang diprediksi terjadi tahun depan juga akan mendukung pertumbuhan laba bersih perbankan.

Terkait dengan stocks pick bulanan, Hariyanto menambahkan tiga saham baru, yaitu ICBP, INDF, dan MYOR. Sebagai gantinya, dia menghapus DSNG, INTP, dan SMGR.

Pilihan saham condong ke sektor perbankan, pertambangan batubara, dan barang konsumsi primer, yang diwakili oleh saham BMRI,
BBRI, BTPS, BNGA, ITMG, INDF, ICBP, dan MYOR.

Per 5 Desember 2022, stock pick bulanan yang berbobot sama menghasilkan accumulated return 79,9% (dibanding accumulated return IHSG 9,3%) sejak dimulainya stock pick bulanan pada Agustus 2019. "Oleh karena itu, stock pick bulanan kami mengungguli IHSG sebesar 70,6%,” ucap Hariyanto.

Baca Juga: IHSG Melorot Lagi di Awal Perdagangan Rabu (7/12), Penurunan Beruntun Hari Kelima

Pada kesempatan yang sama, Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memprediksi, pertumbuhan kredit perbankan tahun depan cukup menjanjikan. Mengingat, kebijakan pemerintah dan otoritas moneter masih cukup akomodatif meskipun kenaikan suku bunga diprediksi akan berlanjut.

Dia memprediksi, pemulihan ekonomi Indonesia juga sesuai prediksi dan harapan sepanjang kuartal ketiga 2022. Ini tercermin dari berlanjutnya pemulihan mobilitas dan konsumsi masyarakat dibarengi oleh neraca perdagangan luar negeri yang tetap kuat.

Konsumsi rumah tangga, lanjut Rully, akan moderat hingga kuartal I-2023 meskipun terjadi perlambatan ekonomi nasional tahun depan. Apalagi, mobilitas masyarakat semakin terbatas setelah harga bahan bakar minyak bersubsidi naik.

Baca Juga: Wall Street Tumbang, Nasdaq Terjun 2% Pada Selasa (6/12)

"Meskipun begitu, perlambatan ekonomi di dalam negeri masih lebih baik daripada perlambatan ekonomi di tingkat global yang sudah mulai terlihat hingga pengujung tahun ini," ucap Rully.

Perlambatan ekonomi global tercermin dari melemahnya aktivitas manufaktur di negara-negara ekonomi maju. Inggris Raya dan Zona Eropa lebih dulu mengalami pelemahan ekonomi setelah terdampak kebijakan pengetatan moneter serta krisis energi yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×