Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak stabil pada hari Kamis (25/4) setelah melemah pada hari sebelumnya. Tanda-tanda menurunnya permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS), pengguna minyak terbesar di dunia dan meningkatnya risiko konflik di Timur Tengah.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 4 sen atau 0,1% menjadi US$87,98 per barel pada 1005 GMT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 7 sen atau 0,1% menjadi US$82,74 per barel.
Laporan pasokan minggu ini dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu (24/4) menunjukkan, stok bensin turun kurang dari perkiraan.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Kamis (25/4) Sore, Brent ke US$88,31 dan WTI ke US$83,06
Sementara stok sulingan meningkat dibandingkan ekspektasi penurunan, yang mencerminkan tanda-tanda melambatnya permintaan.
“Hal ini tidak memberikan kondisi permintaan domestik yang sehat di AS,” kata John Evans dari pialang minyak PVM, yang menambahkan bahwa data ekonomi AS yang dirilis hari ini akan penting untuk sentimen.
“Harga minyak saat ini tidak akan bergantung pada pasar minyak,” katanya.
Persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun tajam minggu lalu, menurut laporan EIA, seiring melonjaknya ekspor.
Kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar AS muncul di tengah tanda-tanda menurunnya aktivitas bisnis AS pada bulan April.
Serta data inflasi dan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan berarti The Fed dipandang lebih mungkin untuk menunda perkiraan penurunan suku bunga.
Data ekonomi AS yang keluar pada hari Kamis mencakup pertumbuhan ekonomi kuartal pertama. Produk domestik bruto (PDB) kemungkinan meningkat pada tingkat tahunan 2,4%, menurut survei ekonom Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak WTI Menguat di Atas US$ 82 Karena Prospek Pasokan yang Lebih Ketat
“Kelemahan harga acuan saat ini, setelah diuji di atas level US$90, disebabkan oleh sentimen pasar yang kembali fokus pada tantangan ekonomi global akibat ketegangan geopolitik,” kata Emril Jamil, analis minyak senior di LSEG Oil Research.
Pertempuran di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas diperkirakan akan meluas karena Israel mungkin akan melancarkan serangan terhadap Rafah, di selatan wilayah kantong tersebut, yang mungkin meningkatkan risiko perang lebih luas yang berpotensi mengganggu pasokan minyak.
Namun, pasokan minyak belum terpengaruh dan tidak ada tanda-tanda konflik langsung antara Israel dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, yang didukung Hamas, sejak pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News