Sumber: Bloomberg | Editor: Yudho Winarto
SINGAPURA. Minyak mentah naik di tengah tanda-tanda stabilisasi di China, yang merupakan pengguna minyak terbesar kedua di dunia, dan produksi AS dan OPEC melambat.
Mengacu data Bloomberg, harga kontrak minyak jenis WTI untuk pengiriman November naik 71 sen ke level U$ 45,80 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada pukul 2.01 waktu Singapura, harga kontrak yang sama diperdagangkan di level US$ 45,73 per barel. Sebelumnya, Rabu (30/9) harga kontrak minyak kemarin kehilangan 14 sen ke level US$ 45,09 per barel.
Asal tahu saja, indeks manufaktur China yang resmi dirilis pagi ini. Berdasarkan data Badan Statistik Nasional China, purchasing managers index (PMI) naik menjadi 49,8 pada September. Sebagai perbandingan, hasil survei Bloomberg ke sejumlah ekonom memprediksi kenaikan sebesar 49,7, sama dengan Agustus. Sekadar mengingatkan, angka PMI di bawah level 50 mengindikasikan adanya kontraksi.
Di sisi lain, produksi minyak AS menurun untuk ketujuh kalinya dalam 8 pekan terakhir ini ke level 10 bulan terendah. Serta, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak juga hanya memproduksi sebanyak 32 juta barel per hari pada bulan September, turun 0,7 % dari bulan sebelumnya.
Minyak telah merosot lebih dari 25 % dari rekor penutupan tahun ini pada bulan Juni di tengah spekulasi bahwa kelebihan pasokan global yang mendorong harga minyak ke level 6 tahun terendah yang akan bertahan dan ekonomi China tumbuh di laju paling lambat dalam satu generasi terakhir. Stok minyak mentah AS tetap berada sekitar 100 juta barel di atas rata-rata 5 tahun musiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News