kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,13   -1,63   -0.18%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak Capai Level Tertinggi 7 Tahun Dipicu Kekhawatiran Serangan Rusia di Ukraina


Selasa, 15 Februari 2022 / 06:35 WIB
Minyak Capai Level Tertinggi 7 Tahun Dipicu Kekhawatiran Serangan Rusia di Ukraina
ILUSTRASI. Harga minyak terus memanas akibat kondisi di Rusia-Ukraina


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak terus reli dan melonjak lebih dari 2% pada perdagangan awal pekan. Bahkan minyak berada di level tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun setelah media asing menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memprediksi kapan invasi Rusia dilakukan.

Senin (14/2), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2022 ditutup naik US$ 2,04 atau 2,2% menjadi US$ 96,48 per barel. Di awal sesi, Brent sempat menyentuh level tertinggi sejak September 2014 saat berada di US$ 96,78 per barel.

Serupa, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2022 ditutup menguat US$ 2,36 atau 2,5% ke US$ 95,46 per barel. Sebelumnya, WTI mencapai US$ 95,82, tertinggi sejak September 2014.

Sentimen yang mendorong minyak masih berasal dari ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Terbaru, Presiden Zelenskiy meminta warga Ukraina untuk mengibarkan bendera negara dari gedung-gedung dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada 16 Februari.

Media Barat pun mengklaim hal tersebut dianggap sebagai awal mulai Rusia memulai invasinya di Ukraina.

Baca Juga: Ancaman Pukulan Ganda dari Makin Tingginya Harga Minyak Dunia

Rusia adalah salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia, dan kekhawatiran bahwa Negeri Beruang Merah ini dapat menyerang Ukraina telah mendorong reli minyak mendekati US$ 100 per barel, level yang tidak terlihat sejak 2014.

"Pasar tetap sangat sensitif terhadap perkembangan situasi Rusia/Ukraina," kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.

"Ini sekarang meningkat ke tingkat yang luar biasa. Saat ini, beli sekarang, tanyakan nanti," lanjut Kilduff.

Di sisi lain, Pejabat Ukraina menekankan bahwa Presiden Zelenskiy tidak memprediksi serangan pada tanggal tersebut, tetapi menanggapi dengan skeptis terhadap laporan media asing. Beberapa organisasi media Barat telah mengutip pejabat AS dan lainnya mengutip tanggal ketika pasukan Rusia akan siap untuk menyerang.

Amerika Serikat tidak melihat "tanda nyata" dari de-eskalasi pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, kata Departemen Luar Negeri AS. Masih belum jelas apakah Rusia tertarik untuk menempuh jalur diplomatik, tambah Departemen Luar Negeri.

Terus menyulut harga emas, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan, Amerika Serikat sedang merelokasi operasional kedutaan besar di Ukraina dari ibukota Kyiv ke kota barat Lviv. Dalam pernyataannya, Blinken mengutip "percepatan dramatis dalam penumpukan pasukan Rusia."

Baca Juga: Lonjakan Harga Minyak Menuju US$ 100 per Barel Mendatangkan Ancaman Inflasi Dunia

Rusia telah mengumpulkan ribuan tentara di dekat perbatasan Ukraina, tetapi Moskow menyangkal rencananya untuk menyerang dan menuduh Barat histeris. AS memperingatkan pada hari Minggu bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk melakukan serangan.

Rusia adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar, dengan kapasitas sekitar 11,2 juta barel per hari, kata Nishant Bhushan, Senior Oil Market Analyst Rystad Energy.

"Setiap gangguan aliran minyak dari kawasan itu akan membuat harga Brent dan WTI meroket lebih tinggi jauh di atas US$ 100, di pasar yang berjuang untuk memasok peningkatan permintaan minyak mentah karena ekonomi pulih dari pandemi," kata Bhushan.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah berjuang untuk memenuhi janji bulanan untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) hingga Maret.

Baca Juga: Harga Minyak Meroket di Tengah Ketegangan Rusia-Ukraina, WTI Naik 1,6% Pagi Ini

Kepala International Energy Agency (IEA) Fatih Birol mendesak OPEC+ untuk menutup kesenjangan antara kata-kata dan tindakannya.

IEA mengatakan kesenjangan telah melebar antara target OPEC+ dan output aktual.

Investor juga mengamati pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran. Menteri luar negeri Iran mengatakan Iran "sedang terburu-buru" untuk mencapai kesepakatan cepat dalam pembicaraan nuklir di Wina, asalkan kepentingan nasionalnya dilindungi.

“Kesepakatan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran dapat melepaskan 1,3 juta barel pasokan, tetapi ini tidak akan cukup untuk meringankan kendala pasokan,” kata Pratibha Thaker, direktur editorial Economist Intelligence Unit untuk Timur Tengah dan Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×